Kamis, 29 November 2012

Arsitektur dan Sarang Laba-laba

“Sesungguhnya Allah tiada segan membuat perumpamaan berupa nyamuk atau yang lebih rendah dari itu. Adapun orang-orang yang beriman, maka mereka yakin bahwa perumpamaan itu benar dari Tuhan mereka, tetapi mereka yang kafir mengatakan: “Apakah maksud Allah menjadikan ini untuk perumpamaan?.” Dengan perumpamaan itu banyak orang yang disesatkan Allah, dan dengan perumpamaan itu (pula) banyak orang yang diberi-Nya petunjuk…” (QS. Al-Baqarah [2]:26)

Seperti halnya nyamuk dan lalat, laba-laba seringkali dianggap sebagai makhluk yang tidak penting dan merugikan. Namun, di dalam ayat di atas Allah menyatakan bahwa Ia tiada segan membuat perumpamaan dengan binatang-binatang yang kita anggap remeh ini, karena bagi orang-orang beriman, mereka meyakini bahwa kebenaran adalah dari Allah SWT. Sebesar atau sekecil apapun kebenaran itu, tetaplah akan mengantarkan manusia kepada kesadaran akan kesempurnaan ciptaan Allah SWT. Di balik makhluk-makhluk kecil itu, terdapat pelajaran dan hikmah yang besar bagi manusia, agar menyadari dan menjalankan tujuan penciptaannya di muka bumi ini, yaitu sebagai khalifah sekaligus sebagai hamba Allah SWT.
Dalam pembahasan mengenai sarang laba-laba ini, akan dijelaskan mengenai struktur jaring laba-laba, keunggulan desainnya dan penerapannya dalam dunia arsitektur saat ini. Pembahasan ini diharapkan dapat mengantarkan kita kepada pemahaman yang lebih dalam mengenai kesempurnaan arsitektur di alam semesta. Allah SWT menciptakan alam semesta dan segala isinya, tidak lain adalah sebagai petunjuk dan pelajaran bagi manusia yang berpikir. “…dengan perumpamaan itu (pula) banyak orang yang diberi-Nya petunjuk…”.
Laba-laba merupakan salah satu binatang yang diberi kemampuan oleh Allah SWT untuk membangun sarangnya dengan potensi yang ada di dalam tubuhnya sendiri. Tubuh laba-laba menghasilkan benang sutera dengan diameter kurang dari seperseribu milimeter. Dalam bukunya ‘Keajaiban pada Laba-laba’, Harun Yahya menginformasikan bahwa benang sutera ini memiliki kekuatan lima kali lebih besar daripada sehelai kabel baja dengan diameter yang sama. Selain itu, benang ini juga memiliki fleksibilitas yang sangat tinggi, yaitu dapat menahan regangan sampai empat kali panjang awalnya. Elastisitas yang demikian besar ini berguna untuk menahan mangsanya secara perlahan, sehingga terhindar dari bahaya putusnya jaring. Keistimewaan lainnya, dengan panjang sekitar 40.000 km (setara dengan panjang keliling bumi), sehelai benang sutera ini bahkan hanya memiliki berat sebesar 320 gram.
sarang laba-labaDari uraian di atas, terdapat tiga sifat utama yang dimiliki oleh sebuah jaring laba-laba, yaitu kuat, elastis dan ringan. Dari berbagai penelitian yang memakan waktu cukup lama, akhirnya para ahli menyimpulkan bahwa cara pembuatan jaring laba-laba memiliki tingkat kemiripan yang sangat tinggi dengan proses pembuatan serat-serat industri. Lebah mengeraskan benang-benang sutera yang dimilikinya dengan cara mengasamkannya. Serangkaian panjang proses terjadi di dalam tubuh laba-laba, melibatkan berbagai bahan baku dengan sifat yang beragam. Tubuh laba-laba itu sendiri adalah sebuah pabrik yang memproduksi berbagai jenis jaring, sesuai dengan kebutuhan. Di dasar perut laba-laba ditemukan kelenjar-kelenjar sutera yang menghasilkan unsur yang berbeda. Kombinasi unsur-unsur ini pada akhirnya menghasilkan benang-benang sutera yang beragam pula. Selain itu, tubuh laba-laba dilengkapi pula dengan berbagai pompa dan sistem tekanan yang canggih. Dengan segala potensi yang terdapat di dalam tubuhnya itulah, laba-laba memproduksi bahan baku ‘keratin’ menjadi serat yang dikeluarkan melalui cerat-cerat pemintal yang berfungsi sebagai keran. Tekanan semprotan benang dapat diatur dengan keran ini. Dengan cara inilah diameter, daya tahan dan elastisitas benang ditentukan. Jadi, karakteristik benang ditentukan oleh kecepatan dan tekanan saat dikeluarkan, tanpa mengubah susunan kimiawinya.
Setidaknya terdapat tujuh macam benang sutera untuk keperluan yang berbeda-beda, yaitu sutera untuk membentuk jaring dan bingkai, sutera lengket untuk menangkap mangsa, sutera pelekat yang melapisi sutera spiral, serat tambahan untuk memperkuat bingkai, sutera kepompong, sutera pembungkus mangsa, dan sutera pelekat rangka ke struktur pondasi. Berbagai jenis benang yang dihasilkan ini menunjukkan tingkat kecanggihan dan kesempurnaan yang sangat tinggi pada arsitektur sarang laba-laba. Allah SWT yang Maha Mengetahui telah melengkapi laba-laba dengan segala potensi yang sangat sesuai dengan fungsi-fungsi yang dibutuhkannya. Dalam dunia arsitektur, segala sesuatu yang dirancang  sesuai dengan fungsinya, akan terhindar dari kesia-siaan dan kemubaziran. Inilah keindahan yang sesungguhnya, keindahan yang menyatu dengan nilai-nilai kebenaran dan kebaikan.
Dari segi struktural, jaring laba-laba  terdiri dari serangkaian benang-benang bingkai penahan beban, benang-benang spiral penangkap dan benang-benang pengikat yang menyatukan semuanya. Untuk menangkap mangsa dan memerangkapnya, selain memiliki benang-benang spiral yang berlapiskan zat perekat, sarang laba-laba juga dilengkapi dengan tingkat elastisitas yang optimal. Elastisitas yang terlalu tinggi akan mengakibatkan jaring kehilangan bentuk ketika benang-benang menempel karena mangsa yang meronta, sedangkan elastisitas yang terlalu rendah mengakibatkan mangsa yang terbang dan menubruk jaring terpental balik. Selain itu, elastisitas jaring laba-laba juga disesuaikan dengan kecepatan angin dan gerakan-gerakan benda yang dijadikan tempat melengketkan jaring.
Jaring laba-laba merupakan satu kesatuan sistem struktur yang masing-masing bagiannya saling mempengaruhi. Benang-benang pembentuk jaring merupakan benang-benang yang meregang, dan gaya yang bekerja pada struktur adalah gaya tarik. Pada keadaan normal, benang-benang yang teregang biasanya putus karena retakan yang terjadi pada permukaan akan membelah benang dengan cepat. Gaya-gaya yang bekerja di sepanjang serat terpusat pada retakan dan mengakibatkan sobekan ke dalam semakin cepat. Hal yang menarik, adalah pada sarang laba-laba, komposisi bahan yang terdiri dari rantai asam amino dan kristal mencegah peristiwa ini. Kristal-kristal yang tersusun secara teratur dalam benang menyebabkan sobekan-sobekan yang terjadi berbelok-belok dan melemah. Selain itu, laba-laba juga melumuri sebagian jaring yang digunakan menangkap mangsanya dengan cairan khusus. Cara ini kemudian digunakan pula pada kabel-kabel industri yang menahan beban berat, seperti pada jembatan layang dan high-rise building.
Dalam dunia arsitektur, prinsip ini diterapkan dalam bangunan-bangunan yang menggunakan struktur kabel dan tenda. Kelemahan dari struktur yang hanya menahan gaya tarik ini, adalah kurang mampu menahan gaya tekan, terutama gaya tekan yang datang tiba-tiba dan melebihi ambang batas kekuatan bangunan. Karena itu, pada sebagian besar bangunan konvensional, penggunaan baja yang memiliki kekuatan dalam menahan gaya tarik dikombinasikan dengan penggunaan beton yang memiliki kekuatan menahan gaya tekan.
Jaring laba-laba yang sangat kuat menahan gaya tarik itu, dapat dengan mudah rusak apabila mengalami tekanan yang besar atau tiba-tiba. Gangguan-gangguan binatang yang membuatnya tercerabut dari pondasinya membuat jaring kehilangan kemampuannya menahan regangan. Sebagai sebuah struktur, kerusakan pada salah satu bagian sarang laba-laba, misalnya putusnya salah satu benang, mengakibatkan bagian lainnya melemah dan berangsur-angsur putus pula. Hal ini dikarenakan, kemampuan menahan gaya tarik yang jauh berkurang pada keseluruhan struktur.
Kelemahan lainnya adalah, bagian spiral untuk menangkap mangsa dapat dengan mudah rusak karena hujan, debu atau gerakan mangsa yang terperangkap. Karena itu, jaring laba-laba memerlukan pengurusan terus-menerus. Dalam waktu singkat, sebuah jaring laba-laba dapat kehilangan kemampuan untuk menangkap mangsanya. Jaring itu harus dibongkar dan dibangun kembali secara berkala. Cara yang digunakan oleh laba-laba, adalah dengan memakan dan mencerna kembali benang yang dibongkar, kemudian menggunakannya kembali setelah melalui proses pencernaan. Hal ini berlangsung dalam jangka waktu sekitar 24 jam. Sebagian laba-laba memakan jaringnya pada malam hari dan membangunnya kembali pada pagi hari, sebagian lagi membangun jaringnya pada malam hari dan telah memakannya kembali pagi harinya. Karena itulah, Al-Qur’an mengumpamakan orang-orang yang mengambil pelindung selain Allah SWT seperti laba-laba yang membangun rumahnya dan mengharapkan perlindungan di dalamnya, padahal sebenarnya merekalah yang terus-menerus melindungi rumah itu dari kerusakan.
“Perumpamaan orang-orang yang mengambil pelindung-pelindung selain Allah adalah seperti laba-laba yang membuat rumah. Dan sesungguhnya rumah yang paling lemah adalah rumah laba-laba kalau mereka mengetahui.” (QS. Al-Ankabuut [29]:41)
Dalam Tafsir Al-Mishbah, M. Quraish Shihab memaparkan penjelasan Mustafa Mahmud, bahwa ayat di atas tidak menyatakan sesungguhnya serapuh-rapuh benang adalah benang laba-laba, namun menyatakan rumah laba-laba sebagai rumah yang rapuh. Hal ini menunjukkan, bahwa yang dimaksudkan pada ayat di atas, adalah sarang laba-laba sebagai suatu kesatuan struktur. Seperti telah dijelaskan di atas, kerusakan pada salah satu bagian sarang laba-laba, mengakibatkan bagian lainnya melemah dan berangsur-angsur putus pula. Maha Suci Allah yang menciptakan kekuatan di balik kerapuhan dan menyembunyikan kerapuhan di balik kekuatan makhlukNya.
“…Dan tidak ada sesuatupun melainkan pada sisi Kami-lah khazanahnya; dan Kami tidak menurunkannya melainkan dengan ukuran yang tertentu..” (QS. Al-Hijr [15]:21)

Laba-laba dan Struktur Kabel
haj1
Salah satu pelajaran bagi dunia arsitektur yang dapat diperoleh dari laba-laba, ialah penerapan struktur kabel dalam bangunan-bangunan berbentang lebar. Selain itu, teknik covering sarang laba-laba juga digunakan untuk menutupi bangunan-bangunan dengan area tertutup yang luas. Laba-laba menutupi area yang cukup luas dengan jaringnya yang ringan dan mendistribusikan beban strukturnya secara merata ke seluruh pondasi yang melekat pada benda lain. Dengan cara ini, area yang luas dapat ditutupi dengan sempurna, tanpa mengakibatkan bangunan terbebani oleh berat struktur (beban mati) yang besar, seperti jika bangunan dibangun dengan konstruksi konvensional.
Metode-metode ini digunakan, selain karena kemampuannya untuk menutupi bangunan-bangunan dengan skala yang besar, juga karena tingkat efektivitas yang cukup tinggi dari segi ekonomi bangunan. Lebih jauh, penerapan struktur kabel dapat menghasilkan desain dengan bentuk-bentuk lebih dinamis, fleksibel dan organik, serta menghasilkan bentuk-bentuk kurva yang menambah nilai estetika bangunan. Contoh penerapan struktur ini dalam bangunan, di antaranya adalah bandar udara Jeddah dan Stadion Olimpiade Munich.

Pada Akhirnya…
Dari paparan panjang di atas, dapat diraih sebuah pelajaran berharga bahwa kemajuan teknologi arsitektur yang telah berkembang pesat saat ini ternyata tidak terlepas dari karya-karya arsitektur di alam semesta sebagai sumber inspirasinya. Namun tentu tak sampai di situ saja pelajaran yang kita peroleh. Pelajaran yang hakiki sebenarnya akan kita dapatkan jika kita mampu meraih hikmah terbaik di balik segala ciptaan untuk mengarahkan kita kepada Allah swt yang Maha Menciptakan. Di alam, kita selalu dapat belajar bagaimana nilai-nilai kebenaran, kebaikan dan keindahan menyatu di dalam setiap ciptaanNya. Tidakkah hal ini cukup sebagai pelajaran terbaik bagi kita? 

Sumber : http://yuliaonarchitecture.wordpress.com/2009/02/10/arsitektur-dan-sarang-laba-laba/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar