Rabu, 28 November 2012

Hikmah Penciptaan Keberagaman Bentuk Manusia

Coba perhatikan umat manusia yang banyak sekali jumlahnya dan perbedaan bentuk dan rupa yang terdapat di antara mereka. Jarang sekali engkau temui dua orang yang sama persis dalam setiap detailnya. Perkara itu sangat langka ditemui di dunia ini, berbeda halnya dengan hewan, seperti burung unta, binatang liar, burung dan hampir seluruh hewan melata. Engkau barangkali pernah melihat serombongan rusa, sekawanan kambing, sekelompok unta dan sekumpulan sapi yang sama bentuknya satu sama lain hingga engkau hampir tidak bisa membedakan antara satu rusa dengan rusa lainnya atau antara satu kambing dengan kambing lainnya dan seterusnya kecuali setelah memperhatikannya benar-benar atau setelah melihat tanda-tanda lahiriyahnya.

Adapun manusia saling berbeda bentuknya satu dengan yang lain. Hampir tidak ditemukan dua orang manusia yang memiliki sifat dan bentuk yang sama. Bahkan sangat langka ditemui dua orang insan yang memiliki suara dan tenggorokan yang sama. Hikmah di balik itu ialah manusia butuh saling mengenal melalui pandangan mata dan paras rupa saat terjadi interaksi di antara mereka. Sekiranya tidak ada perbedaan bentuk dan rupa tentu urusan umat manusia akan kacau balau dan berantakan. Saksi tidak lagi mengenal siapa yang disaksikannya, orang yang berhutang tidak lagi mengenal pemilik uang yang dipinjamnya, penjual tidak dapat mengenali pembelinya, bahkan pengantin pria mungkin tidak dapat membedakan mana wanita yang menjadi pengantin wanitanya, sebaliknya si istri tidak bisa membedakan mana pria yang menjadi suaminya. Sudah tentu akan terjadi kekacauan dan kerusakan yang sangat besar. Siapakah yang membedakan suara, bentuk dan paras rupa mereka dengan perbedaan yang tidak dapat diungkapkan dengan kata-kata?
Kadang kala kita temui dua orang insan yang sama persis hingga hampir-hampir tidak bisa dibedakan antara keduanya. Akibatnya orang lain sulit berinteraksi dengan keduanya dan barulah terasa kebutuhan untuk membedakan mana yang benar dan mana yang bersalah serta mana yang memiliki hak dan mana yang tidak. Apabila persamaan nama saja sudah merepotkan para saksi dan hakim lalu bagaimana pula bila bentuk dan paras rupanya juga sama?
Tanyalah kepada para pengingkar itu, apakah hal ini semata-mata terjadi secara alami belaka? Karena sesungguhnya bukanlah mata itu yang buta, tetapi yang buta, ialah hati yang ada dalam dada.

Sumber: Keajaiban-keajaiban Makhluk dalam Pandangan Al-Imam Ibnul Qayyim, oleh Abul Mundzir Khalil bin Ibrahim Amin, penerbit: Darul Haq cet. 1, hal. 79-80

Tidak ada komentar:

Posting Komentar