“Sesungguhnya
Allah tiada segan membuat perumpamaan berupa nyamuk atau yang lebih
rendah dari itu. Adapun orang-orang yang beriman, maka mereka yakin
bahwa perumpamaan itu benar dari Tuhan mereka, tetapi mereka yang kafir
mengatakan: “Apakah maksud Allah menjadikan ini untuk perumpamaan?.”
Dengan perumpamaan itu banyak orang yang disesatkan Allah, dan dengan
perumpamaan itu (pula) banyak orang yang diberi-Nya petunjuk…” (QS.
Al-Baqarah [2]:26)
Seperti halnya nyamuk dan lalat,
laba-laba seringkali dianggap sebagai makhluk yang tidak penting dan
merugikan. Namun, di dalam ayat di atas Allah menyatakan bahwa Ia tiada
segan membuat perumpamaan dengan binatang-binatang yang kita anggap
remeh ini, karena bagi orang-orang beriman, mereka meyakini bahwa
kebenaran adalah dari Allah SWT. Sebesar atau sekecil apapun kebenaran
itu, tetaplah akan mengantarkan manusia kepada kesadaran akan
kesempurnaan ciptaan Allah SWT. Di balik makhluk-makhluk kecil itu,
terdapat pelajaran dan hikmah yang besar bagi manusia, agar menyadari
dan menjalankan tujuan penciptaannya di muka bumi ini, yaitu sebagai
khalifah sekaligus sebagai hamba Allah SWT.
Dalam pembahasan mengenai sarang laba-laba ini,
akan dijelaskan mengenai struktur jaring laba-laba, keunggulan
desainnya dan penerapannya dalam dunia arsitektur saat ini. Pembahasan
ini diharapkan dapat mengantarkan kita kepada pemahaman yang lebih dalam
mengenai kesempurnaan arsitektur di alam semesta. Allah SWT menciptakan
alam semesta dan segala isinya, tidak lain adalah sebagai petunjuk dan
pelajaran bagi manusia yang berpikir. “…dengan perumpamaan itu (pula) banyak orang yang diberi-Nya petunjuk…”.
Laba-laba merupakan salah satu binatang
yang diberi kemampuan oleh Allah SWT untuk membangun sarangnya dengan
potensi yang ada di dalam tubuhnya sendiri. Tubuh laba-laba menghasilkan
benang sutera dengan diameter kurang dari seperseribu milimeter. Dalam
bukunya ‘Keajaiban pada Laba-laba’, Harun Yahya menginformasikan bahwa
benang sutera ini memiliki kekuatan lima kali lebih besar daripada
sehelai kabel baja dengan diameter yang sama. Selain itu, benang ini
juga memiliki fleksibilitas yang sangat tinggi, yaitu dapat menahan
regangan sampai empat kali panjang awalnya. Elastisitas yang demikian
besar ini berguna untuk menahan mangsanya secara perlahan, sehingga
terhindar dari bahaya putusnya jaring. Keistimewaan lainnya, dengan
panjang sekitar 40.000 km (setara dengan panjang keliling bumi), sehelai
benang sutera ini bahkan hanya memiliki berat sebesar 320 gram.
Dari uraian di atas,
terdapat tiga sifat utama yang dimiliki oleh sebuah jaring laba-laba,
yaitu kuat, elastis dan ringan. Dari berbagai penelitian yang memakan
waktu cukup lama, akhirnya para ahli menyimpulkan bahwa cara pembuatan
jaring laba-laba memiliki tingkat kemiripan yang sangat tinggi dengan
proses pembuatan serat-serat industri. Lebah mengeraskan benang-benang
sutera yang dimilikinya dengan cara mengasamkannya. Serangkaian panjang
proses terjadi di dalam tubuh laba-laba, melibatkan berbagai bahan baku
dengan sifat yang beragam. Tubuh laba-laba itu sendiri adalah sebuah
pabrik yang memproduksi berbagai jenis jaring, sesuai dengan kebutuhan.
Di dasar perut laba-laba ditemukan kelenjar-kelenjar sutera yang
menghasilkan unsur yang berbeda. Kombinasi unsur-unsur ini pada akhirnya
menghasilkan benang-benang sutera yang beragam pula. Selain itu, tubuh
laba-laba dilengkapi pula dengan berbagai pompa dan sistem tekanan yang
canggih. Dengan segala potensi yang terdapat di dalam tubuhnya itulah,
laba-laba memproduksi bahan baku ‘keratin’ menjadi serat yang
dikeluarkan melalui cerat-cerat pemintal yang berfungsi sebagai keran.
Tekanan semprotan benang dapat diatur dengan keran ini. Dengan cara
inilah diameter, daya tahan dan elastisitas benang ditentukan. Jadi,
karakteristik benang ditentukan oleh kecepatan dan tekanan saat
dikeluarkan, tanpa mengubah susunan kimiawinya.
Setidaknya terdapat tujuh macam benang sutera
untuk keperluan yang berbeda-beda, yaitu sutera untuk membentuk jaring
dan bingkai, sutera lengket untuk menangkap mangsa, sutera pelekat yang
melapisi sutera spiral, serat tambahan untuk memperkuat bingkai, sutera
kepompong, sutera pembungkus mangsa, dan sutera pelekat rangka ke
struktur pondasi. Berbagai jenis benang yang dihasilkan ini menunjukkan
tingkat kecanggihan dan kesempurnaan yang sangat tinggi pada arsitektur
sarang laba-laba. Allah SWT yang Maha Mengetahui telah melengkapi
laba-laba dengan segala potensi yang sangat sesuai dengan fungsi-fungsi
yang dibutuhkannya. Dalam dunia arsitektur, segala sesuatu yang
dirancang sesuai dengan fungsinya, akan terhindar dari kesia-siaan dan
kemubaziran. Inilah keindahan yang sesungguhnya, keindahan yang menyatu
dengan nilai-nilai kebenaran dan kebaikan.
Dari segi struktural,
jaring laba-laba terdiri dari serangkaian benang-benang bingkai
penahan beban, benang-benang spiral penangkap dan benang-benang pengikat
yang menyatukan semuanya. Untuk menangkap mangsa dan memerangkapnya,
selain memiliki benang-benang spiral yang berlapiskan zat perekat,
sarang laba-laba juga dilengkapi dengan tingkat elastisitas yang
optimal. Elastisitas yang terlalu tinggi akan mengakibatkan jaring
kehilangan bentuk ketika benang-benang menempel karena mangsa yang
meronta, sedangkan elastisitas yang terlalu rendah mengakibatkan mangsa
yang terbang dan menubruk jaring terpental balik. Selain itu,
elastisitas jaring laba-laba juga disesuaikan dengan kecepatan angin dan
gerakan-gerakan benda yang dijadikan tempat melengketkan jaring.
Jaring laba-laba merupakan satu kesatuan sistem struktur
yang masing-masing bagiannya saling mempengaruhi. Benang-benang
pembentuk jaring merupakan benang-benang yang meregang, dan gaya yang
bekerja pada struktur adalah gaya tarik. Pada keadaan normal,
benang-benang yang teregang biasanya putus karena retakan yang terjadi
pada permukaan akan membelah benang dengan cepat. Gaya-gaya yang bekerja
di sepanjang serat terpusat pada retakan dan mengakibatkan sobekan ke
dalam semakin cepat. Hal yang menarik, adalah pada sarang laba-laba,
komposisi bahan yang terdiri dari rantai asam amino dan kristal mencegah
peristiwa ini. Kristal-kristal yang tersusun secara teratur dalam
benang menyebabkan sobekan-sobekan yang terjadi berbelok-belok dan
melemah. Selain itu, laba-laba juga melumuri sebagian jaring yang
digunakan menangkap mangsanya dengan cairan khusus. Cara ini kemudian
digunakan pula pada kabel-kabel industri yang menahan beban berat,
seperti pada jembatan layang dan high-rise building.
Dalam dunia arsitektur,
prinsip ini diterapkan dalam bangunan-bangunan yang menggunakan
struktur kabel dan tenda. Kelemahan dari struktur yang hanya menahan
gaya tarik ini, adalah kurang mampu menahan gaya tekan, terutama gaya
tekan yang datang tiba-tiba dan melebihi ambang batas kekuatan bangunan.
Karena itu, pada sebagian besar bangunan konvensional, penggunaan baja
yang memiliki kekuatan dalam menahan gaya tarik dikombinasikan dengan
penggunaan beton yang memiliki kekuatan menahan gaya tekan.
Jaring laba-laba yang sangat kuat menahan gaya tarik itu,
dapat dengan mudah rusak apabila mengalami tekanan yang besar atau
tiba-tiba. Gangguan-gangguan binatang yang membuatnya tercerabut dari
pondasinya membuat jaring kehilangan kemampuannya menahan regangan.
Sebagai sebuah struktur, kerusakan pada salah satu bagian sarang
laba-laba, misalnya putusnya salah satu benang, mengakibatkan bagian
lainnya melemah dan berangsur-angsur putus pula. Hal ini dikarenakan,
kemampuan menahan gaya tarik yang jauh berkurang pada keseluruhan
struktur.
Kelemahan lainnya adalah,
bagian spiral untuk menangkap mangsa dapat dengan mudah rusak karena
hujan, debu atau gerakan mangsa yang terperangkap. Karena itu, jaring
laba-laba memerlukan pengurusan terus-menerus. Dalam waktu singkat,
sebuah jaring laba-laba dapat kehilangan kemampuan untuk menangkap
mangsanya. Jaring itu harus dibongkar dan dibangun kembali secara
berkala. Cara yang digunakan oleh laba-laba, adalah dengan memakan dan
mencerna kembali benang yang dibongkar, kemudian menggunakannya kembali
setelah melalui proses pencernaan. Hal ini berlangsung dalam jangka
waktu sekitar 24 jam. Sebagian laba-laba memakan jaringnya pada malam
hari dan membangunnya kembali pada pagi hari, sebagian lagi membangun
jaringnya pada malam hari dan telah memakannya kembali pagi harinya.
Karena itulah, Al-Qur’an mengumpamakan orang-orang yang mengambil
pelindung selain Allah SWT seperti laba-laba yang membangun rumahnya dan
mengharapkan perlindungan di dalamnya, padahal sebenarnya merekalah
yang terus-menerus melindungi rumah itu dari kerusakan.
“Perumpamaan
orang-orang yang mengambil pelindung-pelindung selain Allah adalah
seperti laba-laba yang membuat rumah. Dan sesungguhnya rumah yang paling
lemah adalah rumah laba-laba kalau mereka mengetahui.” (QS. Al-Ankabuut
[29]:41)
Dalam Tafsir Al-Mishbah,
M. Quraish Shihab memaparkan penjelasan Mustafa Mahmud, bahwa ayat di
atas tidak menyatakan sesungguhnya serapuh-rapuh benang adalah benang
laba-laba, namun menyatakan rumah laba-laba sebagai rumah yang rapuh.
Hal ini menunjukkan, bahwa yang dimaksudkan pada ayat di atas, adalah
sarang laba-laba sebagai suatu kesatuan struktur. Seperti telah
dijelaskan di atas, kerusakan pada salah satu bagian sarang laba-laba,
mengakibatkan bagian lainnya melemah dan berangsur-angsur putus pula. Maha Suci Allah yang menciptakan kekuatan di balik kerapuhan dan menyembunyikan kerapuhan di balik kekuatan makhlukNya.
“…Dan
tidak ada sesuatupun melainkan pada sisi Kami-lah khazanahnya; dan Kami
tidak menurunkannya melainkan dengan ukuran yang tertentu..” (QS.
Al-Hijr [15]:21)
Laba-laba dan Struktur Kabel
Salah satu pelajaran bagi dunia arsitektur
yang dapat diperoleh dari laba-laba, ialah penerapan struktur kabel
dalam bangunan-bangunan berbentang lebar. Selain itu, teknik covering
sarang laba-laba juga digunakan untuk menutupi bangunan-bangunan dengan
area tertutup yang luas. Laba-laba menutupi area yang cukup luas dengan
jaringnya yang ringan dan mendistribusikan beban strukturnya secara
merata ke seluruh pondasi yang melekat pada benda lain. Dengan cara ini,
area yang luas dapat ditutupi dengan sempurna, tanpa mengakibatkan
bangunan terbebani oleh berat struktur (beban mati) yang besar, seperti
jika bangunan dibangun dengan konstruksi konvensional.
Metode-metode ini digunakan,
selain karena kemampuannya untuk menutupi bangunan-bangunan dengan
skala yang besar, juga karena tingkat efektivitas yang cukup tinggi dari
segi ekonomi bangunan. Lebih jauh, penerapan struktur kabel dapat
menghasilkan desain dengan bentuk-bentuk lebih dinamis, fleksibel dan
organik, serta menghasilkan bentuk-bentuk kurva yang menambah nilai
estetika bangunan. Contoh penerapan struktur ini dalam bangunan, di
antaranya adalah bandar udara Jeddah dan Stadion Olimpiade Munich.
Pada Akhirnya…
Dari paparan panjang di atas,
dapat diraih sebuah pelajaran berharga bahwa kemajuan teknologi
arsitektur yang telah berkembang pesat saat ini ternyata tidak terlepas
dari karya-karya arsitektur di alam semesta sebagai sumber inspirasinya.
Namun tentu tak sampai di situ saja pelajaran yang kita peroleh.
Pelajaran yang hakiki sebenarnya akan kita dapatkan jika kita mampu
meraih hikmah terbaik di balik segala ciptaan untuk mengarahkan kita
kepada Allah swt yang Maha Menciptakan. Di alam, kita selalu dapat
belajar bagaimana nilai-nilai kebenaran, kebaikan dan keindahan menyatu
di dalam setiap ciptaanNya. Tidakkah hal ini cukup sebagai pelajaran terbaik bagi kita?
Sumber : http://yuliaonarchitecture.wordpress.com/2009/02/10/arsitektur-dan-sarang-laba-laba/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar