Pilihan
Rasulullah SAW kepada Abu Bakar untuk menyertainya dalam perjalanan
hijrah dan menggantikan kedudukannya menjadi imam dalam shalat berjamaah
bukan tanpa alasan sama sekali. Abu Bakar adalah orang yang
pertama yang menyatakan keimanannya kepada Allah dan Rasulnya.
Pengorbanannya yang dilandasi oleh keimanan yang kokoh, telah banyak ia
lakukan. Ia selalu siaga membela Nabi dalam berdakwah, sebagaimana
pembelaanya terhadap kaum muslimin. Kepentingan Rasulullah SAW lebih
diutamakan daripada kepentingan dirinya sendiri. Bahkan dalam segala
situasi,ia selalu mendampingi perjuangan Nabi SAW. Kesempurnaan
akhlaknya berpadu erat dengan kekuatan imannya. Tidak hanya itu Abu
Bakar juga dikenal juga sebagai seorang hamba Allah yang memiliki sifat
paling kasih sayang kepada manusia lainnya.
Dengan
makalah ini kita dapat mengetahui sejarah singkat perkembangan dan
kemajuan Islam di masa kekhalifahan Abu Bakar ash-Shiddiq yang
meneruskan perjuanagan dakwah Islam setelah wafatnya Rasulullah SAW.
Dengan demikian kita dapat mengetahui kedudukan dan derajat para sahabat
Nabi Muhammad SAW
A. Kehidupan Abu Bakar
Abu
Bakar dilahirkan dengan nama Abdullah ibn Abi Qahafah dari seorang ayah
bernama Abu Qahafah yang semula bernama Utsman ibn Amir. Sedangkan
ibunya bernama Ummu al-Khair yang semula bernama salma binti sakhr ibn
Amir. Sebelum ia memeluk Islam , Ia mendapat julukan dengan nama Abdul
Ka’bah. Setelah masuk Islam, ia diberi nama oleh Rasulullah SAW dengan
sebutan Abdullah. Sebutan lain baginya adalah Atik (artinya
lolos/lepas). Asal mula julukan namanya sebagai Abdul Ka’bah berawal
dari kenyataan bahwa ibunya setiap melahirkan anak lelaki, pasti
meninggal dunia. Begitu Abu Bakar lahir dan dikaruniai kehidupan, orang
tuanya sangat gembira. Serta merta dijulukinya anak lelaki mereka dengan
sebutan Abdul Ka’bah. Ketika anak itu tumbuh menjadi remaja, namanya
bertambah dengan julukan Atik yang menandakan seolah-olah ia lepas dari
kematian. Tetapi menurut para Ahli Sejarah, “Atik”, bukanlah nama
baginya, melainkan sekedar julukan karena kulitnya yang putih bersih. Di
dalam riwayat lainnya, dikisahkan bahwa Aisyah putrinya pernah ditanya
mengapa ayahnya diberi nama Atik. Aisyah lalu menceritakan bahwa pada
suatu saat Rasulullah pernah melihat kepada Abu Bakar sambil berkata:
“Inilah Atik Allah dari api neraka”. Dalam kesempatan lainnya, Abu Bakar
datang kehadapan Rasulullah SAW bersama para sahabat lainnya Begitu
melihat Abu Bakar, beliau berkata: ”Barang siapa orang yang senang
melihat kepada orang yang lolos (Atik) dari api neraka, maka lihatlah
kepadanya (Abu Bakar)”.
Sejak kecil Abu Bakar hidup seperti layaknya anak-anak lainnya di kota
Mekah. Tatkala usianya menginjak masa dewasa, dia berdagang sebagai
penjual kain. Sebagai seorang pedagang kain, Abu Bakar sangat berhasil
dalam usahanya. Pada awal mudanya ia menikah dengan Kutailah binti Abdul
Uza. Perkawinan ini membuahkan ketirunan Abdullah dan Asma. Kelak
setelah masuk Islam. Dan perkawinannya dengan Ummu Ruman binti Uwaimir,
Abu Bakar memperoleh dua orang anak, yaitu Abdurrahman dan Aisyah.
Ketika berada di Madinah, Abu Bakar dengan Habibah binti Kharijah serta
Asma Binti Umais. Dari istrinya yang terakhir ini, Abu Bakar dikaruniai
seorang anak, yaitu Muhammad. Tidak hanya itu, dagangan Abu Bakar pun
sangat maju dan memperoleh keuntungan sangat besar. Keberhasilan usaha
dagangnya, barangkali di sebabkan oleh kepribadian dan akhlaknya yang
mulia, sehingga sangat disenangi orang.
- Hubungannya dengan Nabi Muhammad SAW
Tempat
tinggal Abu Bakar terletak di daerah pemukiman pedagang Quraisy yang
kaya. Dari daerah itulah para pedagang Quraisy biasa mengirimkan barang
dagangannya yang akan dijual di daerah Syam dan Yaman. Khadijah binti
khuwailid yang kelak akan menjadi istri Nabi SAW juga tinggal di daerah
tersebut. Karena tempat tinggal mereka berdekatan Abu
Bakar menjalin persahabatan dengan Muhammad SAW setelah beliau menikah
dengan khadijah dan menempati rumah istrinya itu. Usianya lebih muda
dari usia Muhammad SAW, sekitar dua tahun lebih beberrapa bulan.
Barangkali karena kesetaraan usia dan usaha dagangnya, Abu Bakar lebih
memiliki keserasian dalam hal akhlak dan
ketenangan jiwa dengan Rasulullah SAW. Demikian pula dengan keinginannya
untuk meninggalkan adat-istiadat dan kepercayaan suku Quraisy.
Keserasian
antara Abu Bakar dan Muhammad SAW yang menbersitkan nilai keabadian itu
menimbulkan perbedaan pendapat pendapat para ahli sejarah mengenai
jangka waktu persahabatan mereka. Sebagaian dari mereka menyebutlan
bahwa persahabatan mereka telah terjadi jauh sebelum Muhammad diutus
sebagai Nabi-Nya. Sedangkan pendapat lainyya menyebutkan bahwa
persahabatan mereka dimulai sejak Muhammad SAW diangkat sebagai Rasul.
Sebab hubungan mereka sebelumnya hanyalah merupakan hubungan
ketetanggaan dan persamaan kepribadian. Sebelum Muhammad diutus oleh
Allah SWT, beliau suka mnyendiri dengan menjauhi pergaulan orang-orang
Quraisy yang dinilai sesat. Maka tatkala beliau diuts oleh Allah SWT
+untuk menyampaikan risalah, ingatan beliau tertuju kepada Abu Bakar
yang cerdas itu. Wahyu Allah yang baru diterimanya, beliau sampaikan
kepada Abu Bakar. Diajaknya Abu Bakar untuk mengikuti agama Allah SWT
yang Mahatunggal dan Mahakuasa. Tanpa berpikir panjang Abu Bakar
langsung menerima ajakan Muhammad SAW itu. Hatinya tidak pernah ragu
menerima seruan sahabatnya. Sejak saat itulah jalinan hubungan antara
keduanya mulai berjalan erat. Persahabatan itu bertambah kokoh karena
kesungguhan dan kejujuran Abu Bakar dalam memegang keimanan kepada
Muhammad SAW beserta Risalah yang dibawanya. Mengenai hal itu, Aisyah
menuturkan: “sejak aku dewasa, aku mulai tahu bahwa kedua orangtuaku
telah beragama Islam. Tidak pernah seharipun terlewati kecuali
Rasulullah SAW datang pagi dan sore hari”.
Karena
pergaulannya yang luas ditambah dengan keramah-tamahannya, Abu Bakar
mampu mengajak orang lain untuk mengikuti jejaknya untuk memeluk agam
Allah SWT, Berkat ajakannya beberapa orang
kemudian masuk islam . Mereka antara lain adalah Abdurrahman ibn Auf,
Utsman ibn Affan, Thalhah ibn Ubaidillah, Sa’ad ibn Abi Waqqash dan
Zubair ibn Awwam. Menyusul kemudian Abu Ubaidah ibn Jarrah serta
beberapa orang penduduk Mekah lainnya.
B. Pembaitan Abu Bakar
Sesudah
Rasulullah wafat,kaum Ansar menghendaki agar orang yang akan jadi
Khalifah dipilih dari kalangan mereka.Dalam pada itu Ali bin Abi Talib
menginginkan agar beliaulah yang diangkat menjadi Khalifah, berdasarkan
kedudukan beliau dalam Islam, apalagi beliau adalah menantu dan karib
Nabi SAW. Tetapi bahagian terbanyak dari kaum Muslimin menghendaki Abu
bakar, maka dipilihlah beliau jadi Khalifah,Orang-orang yang tadinya
untuk memberikan bai’at kepada Abu bakar pun turut jejak langkah golongan terbanyak dari kaum Muslimin dan segera pula memberikan baiatnya.
Sesudah
Abu Bakar dilantik menjadi Khalifah , beliau pun berpidato. Dalam
pidatonya itu dijelaskan nya siasah pemerintahan yang akan belau jalankan. Dibawah ini kita kutip beberapa prinsip-prinsip yang diucapkannya dalam pidatonya itu.
Pidato Abu Bakar
Setelah
selesai Orang membaiat itu, Abu Bakar pun berpidatolah, sebagai
sambutan atas kepercayaan Orang banyak kepada dirinya itu, penting dan
ringkas : ‘Wahai Manusia, sekarang aku telah menjabat pekerjaan kami
ini, tetapi tdaklah aku Orang yang lebih baik daripada kamu. Maka jika
aku telah berlaku baik dalam jabatanku, dukunglah aku. Tetapi kalo aku
bersalah, tegakkanlah aku kembali. Kejujuran adalah suatu amanat,
kedusataan adalah suatu khianat. Orang yang kuat di antara kamu, pada
sisiku hanyalah lemah, sehingga hak si lemah aku tarik daripadanya.
Orang lemah di sisimu, pada sisiku kuat, sebab akan ku ambilkan daripada
si kuat akn haknya, insya Allah. Taatlah kepadaku selama aku taat
kepada Allah SWT dan rasulnya..[1]
C. Pemerintahan Khalifah Abu Bakar
Dapat
kita lihat bahwa pemerintahannya tidaklah menggunakan kekuasaan Tuhan
sebagaimana Fir’aun dari mesir atau brntuk pemerintahan lain yang di
kenal di Eropa Tengah. Abu Bakar tidaklah menggunakan kekuasaan Allah
bagi dirinya, tetapi ia berkuasa atas dukungan Orang-orang yang
membai’atnya.
Pada saat dibai’at, Abu Bakar dipanggil oleh seseorang dengan “Ya Khalifatullah”, maka ia memutus kata-kata orang itu dengan berseteru, “Aku bukan khalifah Allah tetapi khalifah Rasulullah SAW”.
Yang
dimaksud dengan khalifah Rasulullah SAW tudak lain bahwa dia hanyalah
pengganti Rasulullah SAW dalam memimpin muslimin serta mengarahkan
kehidupan mereka agar tidak keluar dari batas-batas hokum Allah SWT,
agar mereka melaksanakan perintah-perintah-Nya dan meninggalkan
larangan-larangan-Nya. Menurutnya khalifah Allah hanyalah dikhususkan
bagi Rasulullah SAW sehingga kedudukan itu tidak terpikirkan olehnya,
sedangkan Rasulullah SAW adalah khatamul-anbiya’ wa al-mursalin.
Kenabiannya tidaklah diwariskan kepada siapapun juga. Allah SWT telah
memilihnya sebagai penyampai risalah-Nya, dan menurunkan kepadanya kitab
yang benar. Dan telah disempurnakan bagi mukminin agama-Nya, juga
nikmat-Nya atas mereka.
Sejak
tumbuhnya dan dalam pelaksanannya, pemerintahan Abu Bakar sebenarnya
bersifat Demokratis. Terpilihnya Abu Bakar adalah berdasarkan pemilihan
umum. Ia di bai’at karena sifat dan kedudukannya di sisi Rasulullah SAW,
bukan Karena keluarganya atau kefanatikan terhadap sukunya. Abu Bakar
tidak minta agar dirinya dibai’at. Bahkan ia
mencalonkan Umar bin Khattab dan Abu Ubaidah bin Jarraah agar kaum
Muslimin membai’at salah satu dari keduanya Yang mereka inginkan.
D. Administrasi dan Organisasi Pemerintaha Abu Bakar.
Pembagian
tugas pemerintah kian hari semakin tampak kelihatan dan lebih nyata
dari zaman pemerintahan Rasulullah, ketentuan pembagian tersebut adalah
sebagai berikut :
a. Urusan Keuangan.
Urusan keuangan di pegang oleh Abu Ubaidah Amir bin jarrah yang mendapatkan nama julukan dari Rasulullah SAW “Orang kepercayaan Ummat”.
Menurut
keterangan Al-Mukri bahwa yang mula-mula membentuk kas Negara atau
baitullmall adalah Abu Bakar dan urusannya di serahkan kepada Abu
Ubaidah Amir bin Jarrah. Kantor Baitulmall mula-mula terletak di kota
Sunuh, satu batu dari Mesjid Nabawi dan tidak pernah di kawal. Pada
suatu kali Orang berkata kepadanya, “Alangkah baiknya kalau Baitulmall
di jaga dan di kawal”. Jawab Abu Bakar, “tak perlu karena di kunci”. Di
kala Abu Bakar pindah kediamannya dekat Masjid Baitulmall atau kas
Negara itu diletakkan di rumahnya sendiri. Tetapi boleh di katakana
bahwa kas situ selalu kosong karena seluruh pembendaharaan yang datang
langsung di bagi-bagi dan di pergunakan menurut perencanannya.
Sumber-sumber keuangan
Sumber-sumber keuangan yang utama di Zaman Abu Bakar adalah :
1.Zakat
2.Rampasan
3.Upeti
b. Urusan Kehakiman.
Sebagaiman
kita ketahui bahwa Abu BAkar adalah seorang kepala Negara yang
bertanggung jawab langsung (Presidentil Kabinet), maka
pembantu-pembantunya (Menteri-menteri) adalah atas pertunjukannya
sendiri. Dari itu untuk mengurus soal kehakiman di tunjuknyalah Umar bin
Khattab.
Kaum
Muslimin dan rakyat Madinah amat patuh kepada peraturan pemerintah yang
di petik dari ajaran Agamanya. Soal Halal dan Haram, soal hak milik dan
hubungan baik sesama Manusia adalah menjadi pedoman hidup mereka.
Mereka tak membeda-bedakan antara peraturan pemerintah dan hukum Agama,
bahkan mereka meyakinkan bahwa ajaran Agamalah yang melahirkan
pemerintahan dan Negara Islam, seterusnya seluruh peraturan pemerintah
diciptakan oleh syariat Islam. Berdasarka itu kepatuhan rakyat kepada
hukum dan norma Islam adalah kepatuhan lahir dan batin yang betul-betul
timbul dari hati sanubari dan keimanan.
Hal-hal yang Pertama kali Dilakukan Oleh Abu Bakar.
Diantaranya
ialah : Dia Orang yang pertama kali masuk Islam, yang pertama kali
menghimpun Al Qur’an, yang pertama kali menamakan Al Quran sebagai
Mushaf. Dan dia juga adalah yang pertama kali dinamakan Khalifah.
Imam
Ahmad meriwayatkan dari Abu Bakar bin Abi Mulaikah dia berkata,
dikatakan kepada Abu Bakar : Wahai Khalifah Allah!Abu Bakar menjawab,
“Saya Khalifah Rasulullah”, dan saya ridha dengannya.
Dia
adalah Orang yang memangku jabatan Khalifah sedangkan Ayahnya masih
hidup. Dia juga adalah Khalifah yang rakyatnya memberi dana.
E. Wafatnya Abu Bakar.
Wafatnya
Abu Bakar pada tahun 13 H malam selasa, 7 Jumadil Akhir pada usia 63
tahun, dan kekhalifahannya berjalan selama 2 tahun 3 bulan dan 10 hari,
dan dimakamkan di rumah ‘Aisyah disamping makam Nabi Muhammad SAW.[2]
KESIMPULAN
Dengan
keramahan dan kelembutannya Abu Bakar menerima ajakan dan ajaran Nabi
Muhammad SAW dan bisa mengajak beberapa temannya untuk memeluk Islam.
Peran
Abu Bakar dalam sejarah sangatlah menentukan sebab saat-saat itulah
sejarah memasuki masa transisi dari kepemimpinan seorang Rasul ketangan
manusia biasa. Disinilah letak spesifikasi Abu Bakar yang tak bisa
disamai oleh pemeran sejarah lainnya.
Dengan
ciri khasnya yang cerdas dan berkepribadian lembut, Abu Bakar menjadi
“Aktor” paling tepat menghadapi periode kepemimpinan umat sepeninggal
Rasulullah SAW. Periode ini sungguh sangat sulit dan rumit. Tetapi
nampaknya isyarat pengkanderan “dirinya sebagai khalifatu-rasulillah
telah dipersiapkan oleh zaman sejak awal. Peran-perannya sebagai imam
shalat menggantikan tugas Rasulullah SAW penyerta hijrah Nabi dan
pedamping setia sepak terjang Rasulullah, merupakan “ayat-ayat”akan
perannya sebagai khalifatu-rasulillah
Sumber : wildaznov11.blogspot.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar