Image Bentuk-bentuk Jatuh di Jalan Dakwah
Menjadi lambat, kurang kontribusi, kurang produktif
Menjadi pasif dan tidak berbuat apa-apa
Menarik diri dari lingkaran dakwah
Menjadi benci terhadap dakwah
Berbalik memusuhi dan memerangi dakwah
Itulah beberapa indikasi jatuhnya seseorang di jalan dakwah, mulai dari indikasi yang ringan sampai pada yang paling berat.
Fenomena berjatuhan di jalan dakwah adalah fenomena yang hampir selalu ada. Siapakah yang dirugikan dari fenomena ini? Dakwah? Sampai batas-batas tertentu, bisa jadi. Akan tetapi, yang sebetulnya dirugikan adalah sang aktivis dakwah yang terjatuh tersebut.
Dakwah itu ibarat gerbong kereta yang mengangkut para aktivisnya sebagai penumpang. Jika ada seseorang yang tertinggal dari gerbong, akan ada saja orang lain yang menggantikan kursi tempat duduknya. Tertinggalnya orang tersebut hampir tidak berpengaruh pada dakwah. Sebaliknya, yang tertinggal itulah yang menjadi rugi. Relakah kita menjadi orang yang tertinggal itu?
Orang-orang yang jatuh di jalan dakwah bisa juga diibaratkan seperti daun-daun yang berguguran dari sebuah pohon yang rindang dan lebat daunnya. Itulah 'pohon dakwah'. Dedaunan yang jatuh berguguran itu sama sekali tidak merugikan pohon besar tersebut. Justru, dedaunan yang gugur itulah yang menjadi binasa karena ia akan menjadi kering dan hancur karena tidak lagi bisa mendapatkan suplai makanan dari pohon. Relakah kita menjadi daun yang gugur itu?
Selanjutnya, apa sajakah yang bisa menyebabkan seorang aktivis dakwah terjatuh di jalan dakwah? Secara umum, ada 2 sebab: faktor internal dan faktor eksternal.
Karena Faktor Internal
1. Karena semangat menurun
Antisipasi :
Senantiasa menjaga kekuatan ruhiyah
Membentengi diri dengan ilmu yang kokoh
2. Karena merasa jenuh
Antisipasi :
Tidak berlebihan dan ekstrim, menanggung beban yang terlalu berat
Melakukan refreshing dan hal-hal yang menghibur diri
3. Karena tidak puas
Antisipasi :
Senantiasa ikhlas hanya karena Allah dan tidak menggantungkan harapan dan orientasi kepada selain-Nya
4. Karena tidak bisa memahami dakwah
Antisipasi :
Terlibat dan terjun langsung dalam dakwah sehingga memahami realitas
Senantiasa mengikuti perkembangan dan dinamika terkini
Senantiasa meningkatkan dan mempeluas ilmu dan pemahaman
Karena Faktor Eksternal
1. Karena terbawa oleh lingkungan pergaulan
Antisipasi :
Cari lingkungan pergaulan dan teman-teman dekat yang baik
Perkuat ketahanan diri (ruhiyah dan ilmu)
2. Karena tekanan dan pengaruh keluarga
Antisipasi :
Membangun komunikasi dan hubungan yang baik dengan keluarga
Berusaha untuk berdakwah dalam keluarga dengan cara yang sebaik-baiknya
Memiliki ”keluarga kedua”
3. Karena terbuai oleh kenikmatan dunia
Antisipasi :
Perkuat ketahanan diri (ruhiyah dan ilmu)
Memiliki tameng diluar diri kita (orang-orang yang bisa menjaga diri kita, bentuk-bentuk kenikmatan tandingan yang syar’i)
4. Karena tidak kuat menghadapi tekanan kehidupan
Antisipasi :
Memantapkan pilar-pilar kehidupan
Perkuat ketahanan diri
Perhatian dan bantuan dari saudara-saudaranya
5. Karena tidak kuat menghadapi intimidasi
Antisipasi :
Perkuat ketahanan diri
Mempersenjatai diri
Pembelaan dan dukungan dari saudara-saudaranya
6. Karena perselisihan atau konflik dengan saudaranya
Antisipasi :
Senantiasa menjaga adab-adab dan akhlaq-akhlaq mu’amalah dengan saudara-saudaranya
Memiliki hati yang lapang
Adanya peredam bibit-bibit perselisihan dan konflik
Menjadi lambat, kurang kontribusi, kurang produktif
Menjadi pasif dan tidak berbuat apa-apa
Menarik diri dari lingkaran dakwah
Menjadi benci terhadap dakwah
Berbalik memusuhi dan memerangi dakwah
Itulah beberapa indikasi jatuhnya seseorang di jalan dakwah, mulai dari indikasi yang ringan sampai pada yang paling berat.
Fenomena berjatuhan di jalan dakwah adalah fenomena yang hampir selalu ada. Siapakah yang dirugikan dari fenomena ini? Dakwah? Sampai batas-batas tertentu, bisa jadi. Akan tetapi, yang sebetulnya dirugikan adalah sang aktivis dakwah yang terjatuh tersebut.
Dakwah itu ibarat gerbong kereta yang mengangkut para aktivisnya sebagai penumpang. Jika ada seseorang yang tertinggal dari gerbong, akan ada saja orang lain yang menggantikan kursi tempat duduknya. Tertinggalnya orang tersebut hampir tidak berpengaruh pada dakwah. Sebaliknya, yang tertinggal itulah yang menjadi rugi. Relakah kita menjadi orang yang tertinggal itu?
Orang-orang yang jatuh di jalan dakwah bisa juga diibaratkan seperti daun-daun yang berguguran dari sebuah pohon yang rindang dan lebat daunnya. Itulah 'pohon dakwah'. Dedaunan yang jatuh berguguran itu sama sekali tidak merugikan pohon besar tersebut. Justru, dedaunan yang gugur itulah yang menjadi binasa karena ia akan menjadi kering dan hancur karena tidak lagi bisa mendapatkan suplai makanan dari pohon. Relakah kita menjadi daun yang gugur itu?
Selanjutnya, apa sajakah yang bisa menyebabkan seorang aktivis dakwah terjatuh di jalan dakwah? Secara umum, ada 2 sebab: faktor internal dan faktor eksternal.
Karena Faktor Internal
1. Karena semangat menurun
Antisipasi :
Senantiasa menjaga kekuatan ruhiyah
Membentengi diri dengan ilmu yang kokoh
2. Karena merasa jenuh
Antisipasi :
Tidak berlebihan dan ekstrim, menanggung beban yang terlalu berat
Melakukan refreshing dan hal-hal yang menghibur diri
3. Karena tidak puas
Antisipasi :
Senantiasa ikhlas hanya karena Allah dan tidak menggantungkan harapan dan orientasi kepada selain-Nya
4. Karena tidak bisa memahami dakwah
Antisipasi :
Terlibat dan terjun langsung dalam dakwah sehingga memahami realitas
Senantiasa mengikuti perkembangan dan dinamika terkini
Senantiasa meningkatkan dan mempeluas ilmu dan pemahaman
Karena Faktor Eksternal
1. Karena terbawa oleh lingkungan pergaulan
Antisipasi :
Cari lingkungan pergaulan dan teman-teman dekat yang baik
Perkuat ketahanan diri (ruhiyah dan ilmu)
2. Karena tekanan dan pengaruh keluarga
Antisipasi :
Membangun komunikasi dan hubungan yang baik dengan keluarga
Berusaha untuk berdakwah dalam keluarga dengan cara yang sebaik-baiknya
Memiliki ”keluarga kedua”
3. Karena terbuai oleh kenikmatan dunia
Antisipasi :
Perkuat ketahanan diri (ruhiyah dan ilmu)
Memiliki tameng diluar diri kita (orang-orang yang bisa menjaga diri kita, bentuk-bentuk kenikmatan tandingan yang syar’i)
4. Karena tidak kuat menghadapi tekanan kehidupan
Antisipasi :
Memantapkan pilar-pilar kehidupan
Perkuat ketahanan diri
Perhatian dan bantuan dari saudara-saudaranya
5. Karena tidak kuat menghadapi intimidasi
Antisipasi :
Perkuat ketahanan diri
Mempersenjatai diri
Pembelaan dan dukungan dari saudara-saudaranya
6. Karena perselisihan atau konflik dengan saudaranya
Antisipasi :
Senantiasa menjaga adab-adab dan akhlaq-akhlaq mu’amalah dengan saudara-saudaranya
Memiliki hati yang lapang
Adanya peredam bibit-bibit perselisihan dan konflik
sumber : http://menaraislam.com/content/view/102/37/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar