PUSAT KONFLIK YANG BERKEPANJANGAN
Sejak berakhirnya Perang Dunia Kedua
pusat perhatian politik dunia telah beralih dari Eropa dan Amerika ke
Timur Tengah. Sampai hari ini berita-berita konflik yang berdampak
global lebih banyak dipusatkan di Timur tengah daripada tempat lain di
dunia. Wilayah ini telah menjadi pusat konflik yang selalu mampu memberi
akibat keseluruh dunia dalam waktu singkat. Sebagaimana telah
dinubuatkan Kitab Suci, pada akhirnya konflik regional yang bersifat
global tersebut akan menyalakan sumbu untuk memicuPerang Dunia Ketiga.
Rangkaian tulisan ini akan menyoroti
keberadaan dan peran Israel serta peliputan yang realistis tentang
peristiwa-peristiwa yang menjadi akar permasalahan yang terjadi dewasa
ini di Timur Tengah, dan akibatnya yang memberi dampak langsung bagi
keamanan dunia. Melalui Kitab Suci Tuhan telah menyatakan hal-hal ini
jauh sebelumnya, berupa nubuatan yang disampaikan kepada para nabi-Nya
ribuan tahun sebelum peristiwanya sendiri terjadi. Ini juga menjadi
bukti keakuratan Kitab Suci, yang selama berabad-abad tetap sanggup
untuk menjadi sumber pengetahuan bagi gereja-Nya melalui observasi
pemahaman atas setiap kebenaran nubuatan-Nya. Setiap (calon) The
Covenant Holder mutlak untuk mengerti kebenaran ini mengingat setiap
misi profetik yang kita lakukan selalu berurusan dengan keberadaan
Israel umumnya dan Yahudi khususnya, melalui penggenapan Visi Global
Elohim atas wilayah Pusat Bumi dan Titik Pusat Bumi. Juga untuk menuntun
dan menentukan bagaimana kita harus bersikap terhadap kemungkinan
terjadinya pertikaian yang lebih besar di wilayah Timur Tengah, terutama
pada periode terakhir menjelang saat terjadinya penggenapan atas nubuat
Yehezkiel 38 dan 39 (bd. Artikel: Harmageddon).
KETIDAKSTABILAN TIMUR TENGAH
Lahirnya Negara Israel Raya yang
berdaulat di tahun 1948 merupakan babak baru dalam peta politik dunia,
khususnya di Timur Tengah. Israel kemudian menjadi permasalahan utama
selain masalah minyak bumi, keduanya kemudian menjadi dua faktor
penyebab terpenting atas masuknya berbagai kepentingan dan kekuatan
global di Timuedaulatan Israel di Tanah Palestina r Tengah. Minyak bumi
yang melimpah di Timur Tengah, yang menjadi komoditi utama bagi semua
negara di dunia, telah berubah menjadi senjata politik internasional
bagi banyak kekuatan dan aliansi global. Semua itu semakin menghadirkan
ketidakstabilan politik keamanan di Timur Tengah terlebih lagi ketika
eksistensi dan peran Israel kemudian menjadi masalah internasional.
Turunnya kekuatan-kekuatan politik dan militer internasional secara
langsung juga menambah kompleksnya permasalahan. Penegakkan kjuga
merupakan bagian dari rangkaian strategi Zionisme "Barat" untuk tujuan
mengamankan sumber-sumber dan jalur distribusi minyak bumi, sekaligus
sebagai "basis" kepentingan Barat di seluruh wilayah Arab. Sampai hari
ini, ketika kita berbicara mengenai kestabilan politik di Timur Tengah,
maka mau tidak mau kita juga akan berurusan dengan keberadaan penting
suatu negara kecil dengan peran besar di wilayah tersebut, Israel.
Sejak lahirnya, Israel terus-menerus
ditentang oleh negara-negara disekitarnya (negara-negara Arab dan mereka
yang beraliansi dengan mereka karena persamaan agama). Percobaan
pengerahan kekuatan untuk menyerang negara kecil ini telah tak terhitung
banyaknya sejak 1948, baik oleh kekuatan-kekuatan militer resmi dari
suatu negara atau kelompok negara, sampai serangan-serangan terorisme
dari kelompok-kelompok militant Islam yang seakan tidak akan pernah
berhenti mengisi hari-hari di Israel. Tekanan demi tekanan internasional
bahkan ancaman-ancaman embargo eksport Israel tetap tidak mampu
menggoyahkan bangsa ini dari keputusan politiknya yang tidak kompromi
terhadap segala bentuk terorisme. Uniknya, sejarah mencatat, bahwa
Israel selalu dapat mengatasi setiap permasalahannya, baik politik
maupun militer, baik ekonomi, kependudukan ataupun "pendudukan" Israel
atas daerah-daerah "penyangga" tertentu seperti Lebanon Selatan dan
Dataran Tinggi Golan (bd. Artikel Dataran Tinggi Golan), dengan
cara-cara yang mengherankan. Sepak terjang mereka seakan terus-menerus
mencengangkan para pengamat politik yang sarat dengan setumpuk prediksi
dan pengamatan yang terlambat. Tidak dapat dipungkiri bahwa Israel
dewasa ini adalah "kartu as" bagi terciptanya kestabilan politik
diseluruh Timur Tengah bahkan dunia. Terbukti bahwa konsensus keamanan
Timur Tengah yang dibuat tanpa melibatkan Israel sebagaimana yang
dilakukan oleh OKI (Organisasi konprensi Islam) adalah harapan yang
tidak mungkin mewujudkan apa-apa. Bahkan konsensus internasional
setingkat Perjanjian Oslo I dan II yang melibatkan Israel secara aktif
juga tidak mampu memberikgara Arab tunduk dan patuh atas dominasi Israel
atas seluruh kestabilan Timur Tengah. Dan karena predikat kartu as ini,
Israel kemudian menjadi fokus utama keamanan Timur Tengah bahkan dunia
sampai hari ini. Kitab Suci telah menubuatkan hal ini ribuaan jaminan
apa-apa. Israel tetap berperan sebagai kunci penentu kestabilan ataupun
ketidakstabilan, kalau perlu mereka akan sengaja menciptakan
ketidakstabilan internasional untuk tujuan kestabilan territorial.
Kekuatan penentu ini membuat seluruh Nen tahun sebelumnya:
Pada waktu itu Tuhan akan mengangkat
pula tangan-Nya untuk menebus sisa-sisa umat-Nya yang tertinggal di
Asyur dan di Mesir, di Patros, di Etiopia dan di Elam, di Sinear, di
Hamat dan di pulau-pulau di laut. Ia akan menaikkan suatu panji-panji
bagi bangsa-bangsa, akan mengumpulkan orang-orang Israel yang terbuang,
dan akan menghimpunkan orang-orang Yehuda yang terserak dari keempat
penjuru bumi. Kecemburuan Efraim akan berlalu, dan yang menyesakkan
Yehuda akan lenyap. Efraim tidak akan cemburu lagi kepada Yehuda, dan
Yehuda tidak akan menyesakkan Efraim lagi. Tetapi mereka akan terbang ke
barat, ke atas lereng gunung Filistin, bersama-sama mereka akan
menjarah bani Timur; mereka akan merampas Edom dan Moab, dan orang Amon
akan patuh kepada mereka. (Yesaya 11:11-14).
SUMBER AWAL PERTIKAIAN
Seluruh isi dari Kitab Suci kita
terfokus pada satu lokasi geografi yang khusus, suatu daerah yang
disekitar Laut Mediteranian, yang memiliki bermacam-macam nama, seperti:
Tanah Kanaan. Tanah Israel, Tanah Palestina, atau sering juga disebut
Tanah Suci. Pada zaman Patriarch (Abraham, Ishak, Yakub), wilayah ini
dikenal sebagai tanah orang Kanaan. Yoshua kemudian mengalahkan mereka
dan menjadikan wilayah itu sebagai Tanah Israel. Israel berpegang kepada
janji Elohim-Nya yang telah memberikan Tanah Kanaan ini menjadi milik
pusaka 12 suku Israel sejak zaman Abraham. Raja Daud kemudian membeli
wilayah orang Yebus, tempat pengirikan Arauna (lokasi Gunung Moriah)
yang kemudian menjadi pusat kota Yerusalem setelah berdirinya Bait Suci
Yahudi (dibangun oleh Raja Salomo). Sejak saat itu Yerusalem menjadi
bagian yang tak perpisahkan dari keberadaan Israel (Israel tanpa
Yerusalem adalah bukan Israel; Yerusalem tanpa Israel adalah bukan
Yerusalem). Israel adalah Yerusalem dan Yerusalem adalah Israel (bd.
Artikel: Yerusalem Pusat Bumi).
Secara kronologis penguasaan Israel di
wilayah itu bermula pada janji Tuhan kepada Abraham (Kejadian 18),
kemudian atas perintah Tuhan, Abraham mempersembahkan anaknya, Ishak, di
Gunung Moriah, dan seribu tahun kemudian Raja Daud membeli lokasi itu
dari orang Yebus (Arauna), selanjutnya Raja Salomo membangun Bait Suci
Pertama di lokasi tersebut. Dari catatan Midras (buku suci Yahudi), di
lokasi ini juga Tuhan mengambil debu dan tanah untuk dibentuk menjadi
manusia Adam. Juga lokasi pendirian mezbah pertama oleh Nuh (sebelum
mezbah di Ararat), dan lokasi dimana Yakub melihat langit terbuka dan
ada tangga untuk malaikat turun naik. Kita lihat, betapa pentingnya arti
Gunung Moriah bagi orang Israel. Dan melalui penjabaran pengetahuan
Visi Global Elohim maka kita mengerti bahwa bukan kebetulan saja lokasi
tersebut terus-menerus dinyatakan dalam penggambaran yang sama di dalam
Kitab Suci Perjanjian Lama maupun perjanjian Baru, karena lokasi puncak
Gunung Moriah ini adalah Titik Pusat Bumi (bd. MS: Pusat Bumi dan 12
Wilayah Bangsa-bangsa).
Pertikaian etnis, ras, dan religi, ini
secara langsung menjadi andil terbesar atas penyebab ketidakstabilan
seluruh Timur Tengah. Yahudi, Kristen/Katolik, dan Islam telah mengambil
bagian masuk ke wilayah politik untuk mempertahankan
kepentingan-kepentingan religius mereka di Yerusalem. Disini konflik
hebat bermula, dengan melibatkan begitu banyak Negara di dunia dengan
segala alasan ikatan dan kepentingannya (untuk sebanyak mungkin
mengambil keuntungan), terutama ketika minyak bumi menjadi "barang
mewah" karena semakin langkanya sumber-sumber dunia. Kita juga dapat
memasukkan kekayaan ratusan jenis kandungan mineral dan uranium di Laut
Mati, yang nilainya diperkirakan melebihi nilai kekayaan Amerika Serikat
dan Eropa yang dijadikan satu. Harta karun yang telah lama dilirik oleh
kekuatan-kekuatan besar di dunia. Tanah Israel benar-benar menggenapi
sebutan dirinya sebagai tanah yang melimpah dengan "susu dan madu"
dimana bangsa-bangsa akan memperebutkannya, sebagaimana telah
dinubuatkan.
YAHUDI DAN ISRAEL
Secara geografis, fakta-fakta yang
terdapat di dalam Kitab Suci terpusat pada suatu wilayah Tanah
Palestina. Nama Palestina sendiri berarti "negeri orang Filistine", yang
bukan berkonotasikan Negara tetapi lebih kepada wilayah tempat
masyarakat Filistine berdiam, mereka juga pendatang di tanah kosong ini.
Mereka berasal dari banyak bangsa (bd. Kejadian 10) dan datang bermukim
secara tetap di beberapa wilayah di tanah tersebut setelah periode
Abraham yang pertama. Orang Samaria juga bermukim di tanah yang sama.
Keberadaan orang Israel dimulai pada zaman Abraham, sampai mereka
(generasi Yakub) kemudian pergi ke Mesir dan menjadi budak selama 430
tahun. Kemudian dibebaskan oleh Musa dan kembali ke tanah tersebut oleh
Yoshua. Setelah pemerintahan yang terpecah (Yehuda dan Israel) dibawah
anak Raja Salomo, Israel kembali menjadi budak di Babelonia. Raja
Nebukadnezar baru membebaskan mereka 70 tahun kemudian. Orang Israel
yang kembali ke Tanah Palestina kemudian disebut sebagai "orang Yahudi"
tanpa melihat suku mereka. Penyebutan "Yahudi" ini lebih berkonotasikan
agama dan tradisi budaya mereka, sedangkan nama "Israel" berkonotasi
kepada asal bangsa atau negara mereka. Pengertian ini terus berlanjut
sampai hari ini. Di awal Perjanjian Baru, Rasul Paulus dari suku
Banyamin menyebut dirinya seorang Yahudi (KIS 21:39). Sejak tahun 1948
penyebutan "orang Israel" lebih diartikan sebagai warga negara, baik
berasal dari keturunan Israel maupun dari keturunan Arab dan Druse, juga
dari bangsa-bangsa lain yang menjadi warga negara Israel.
Pentingnya kita membedakan Israel dan
Yahudi karena nubuatan Kitab Suci berurusan dengan kedua hal spesifik
tersebut. Selain itu, kalau kita ke Israel dan bertanya kepada seseorang
Israel yang bukan beragama Yahudi: "apakah kamu Yahudi?" , maka ia akan
menjawab: "bukan", walaupun ia seorang keturunan dari salah satu suku
Israel. Penyebutan Israel berkaitan dengan negaranya, sedangkan
penyebutan Yahudi berkaitan dengan agamanya. Pembedaan ini akan sangat
membantu kita untuk mengerti keberadaan mereka, dan bagaimana atau
secara apa Tuhan berurusan dengan bangsa ini. Penggenapan nubuat firman
Tuhan tentang lahirnya kembali Negara Israel Raya setelah 2500 tahun
diaspora, misalnya, bukan pekerjaan Tuhan secara langsung, tetapi
menjadi bagian dari target Zionisme International yang berada dibawah
naungan Organisasi Illuminati, suatu bentuk organisasi kepanjangan
tangan Iblis yang akan menggenapi target menjelang penutupan akhir
zaman, terutama menggenapi nubuat kitab Wahyu 13:7-8 (kita akan membahas
ini kemudian). Sedangkan bangkitnya Yahudi di ujung akhir zaman ini
merupakan penggenapan nubuat yang secara langsung dikerjakan oleh Tuhan
sendiri dalam kerangka menghadirkan kembali Bait-Nya dan ibadahnya
(sebagaimana dinyatakan dalam kitab Daniel 9:27 dan 2 Tesalonika 2)
untuk penyelesaian dan penutupan selama-lamanya Perjanjian Daging dengan
Israel. Selanjutnya Israel dan Yahudi akan berjalan menuju penggenapan
kitab Roma 11 & Ibrani 8 dan, 10 dimana mereka akan masuk kedalam
Perjanjian Baru (perjanjian roh) sesaat menjelang kedatangan Yeshua
Hamasiah kembali.
PERJANJIAN DAGING/PHISIK
Disisi lain, kita juga harus melihat
keberadaan Israel di dalam cara pandang yang obyektif seturut dengan
nubuatan firman Tuhan mengenai mereka, positif maupun negatif. Bila kita
hanya mengikuti kecenderungan untuk melihat mereka dari sisi yang
positif secara nubuatan, kita akan kehilangan banyak pengertian penting
yang berkaitan dengan Israel dan status mereka dihadapan Elohim, juga
otoritas mereka di bumi ini. Firman Tuhan cukup banyak menggambarkan
keberadaan orang Israel di akhir zaman secara negatif, dimana
penyesatan-penyesatan terjadi atas mereka, dimana okultisme telah masuk
kedalam ibadah-ibadah mereka, juga dimana mereka akan mengambil alih
kepemimpinan dunia dalam seluruh jalur kehidupan manusia di bumi ini,
melalui lahirnya seorang pemimpin dunia, Antikris.
Salah satu unsur penting untuk mengerti
Israel secara obyektif adalah pengetahuan tentang posisi mereka sebagai
umat yang terikat di dalam ikatan Perjanjian Daging/phisik
(Flesh/material Covenant) (bd. MS: Perjanjian Manusia). Pengertian ini
akan membawa kita kepada suatu ketentuan utama Tuhan yang hanya berlaku
atas orang Yahudi. Prinsip tersebut lahir karena ikatan perjanjian,
yaitu bahwa seluruh bumi ini berada dibawah otoritas Yahudi. Orang
Yahudi telah menjadi ahli waris Elohim karena statusnya sebagai "anak"
Elohim secara daging/phisik. Sehingga apa yang diwariskan Tuhan kepada
mereka adalah semua keberadaan phisik (material), baik yang terlihat
maupun yang tidak terlihat, yang ada di bumi ini. Prinsip ini adalah
ketentuan hukum Elohim yang secara tegas dinyatakan Tuhan di dalam Kitab
Ulangan 32 dimana seluruh bumi dibagi menjadi 12 wilayah dan setiap
wilayah diberi nama setiap suku Israel. Pemberian nama atas suatu
wilayah berarti penyerahan otoritas atas wilayah tersebut (bd. MS: 12
Wilayah Bangsa-bangsa; Yerusalem Pusat Bumi).
Karena hanya mereka yang terikat
perjanjian material dengan Tuhan, maka hanya mereka juga yang berhak
atas warisan phisik Elohim. Kita dapat membandingkan keberadaan kita
(gereja Tuhan) yang terikat perjanjian spiritual dengan Tuhan (bd. MS:
Perjanjian Baru 1&2). Yang mewarisi segala sesuatu yang spiritual di
muka bumi ini, Semua otoritas spiritual di bumi telah diwariskan-Nya
kepada "anak" Elohim secara roh, yaitu gereja-Nya. Dan bila berbicara
mengenai kwalitas, maka perjanjian Tuhan dengan gereja-Nya berada jauh
lebih mulia karena didasari oleh janji-janji yang lebih tinggi (bd.
Ibrani 8:6) (bd. MS: Hukum Roh). Prinsip yang terlihat (material) adalah
sementara dan yang tidak terlihat (spiritual) adalah bersifat kekal
(bd. 2Korintus 4:18) dapat lebih memberikan gambaran mengenai kwalitas
hubungan perjanjian kita dengan Tuhan.
Fakta bahwa nubuat Kitab Suci adalah ya
dan amin dapat kita lihat di ujung akhir zaman ini. Bahwa semua
penguasaan dunia, apakah itu politik, sosial, teknologi,
keuangan/ekonomi, bahkan strategi militer, dan agama-agama dunia,
dikuasai dan dikendalikan oleh Yahudi sebagai pemegang otoritas bumi
(kita akan membahasnya lebih lanjut). Disini posisi Amerika Serikat dan
juga Uni Eropa adalah bagian dari keberadaan Yahudi (melalui peta
penyebaran/diaspora Yahudi kita akan mendapatkan gambaran lengkap bahwa
USA & Eropa, juga sebagian Russia, adalah "keturunan" dari 10 suku
Israel yang "hilang" sejak ribuan tahun). Ini juga merupakan penjelasan
mengenai mengapa Rasul Paulus yang diutus hanya di wilayah Asia Kecil
padahal ia memegang mandat Tuhan untuk memberitakan Injil Keselamatan
atas bangsa-bangsa (the gentiles) (kita juga akan membahasnya kemudian).
Dengan pengetahuan ini kita akan
mengerti mengapa Iblis dan setan-setannya (dalam hirarkhi-hirarkhi
puncaknya) memakai orang Yahudi (bukan the gentiles) sebagai alat mereka
untuk menguasai dunia. Bahkan Antikris yang akan muncul juga dipastikan
sebagai keturunan Yahudi, dan bukan dari bangsa-bangsa lain yang jelas
tidak memiliki otoritas phisik atas bumi menurut hukum Elohim (bd. MS:
Antikris). (rp)
Sumber: http://www.cherubimsonline.com/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar