Soeharto yang berkuasa selama tiga puluh
tahun lebih, menyatakan anggaran mengalami defisit.
Sepanjang pemerintahan di zaman Soeharto anggaran negara terus
mengalami defisit. Antara sektor penerimaan dengan pengeluaran tidak
pernah berimbang.
Defisit anggaran itulah yang terus ditutup dengan utang. Utang dari
negara donor, termasuk IMF (International Monotary Fund), dan World
Bank, yang semua itu dibawah kendali Yahudi. Karena, faktnya yang
menjadi direktur IMF dan World Bank, tak pernah dipegang tokoh yang
bukan Yahudi. Jadi Soeharto itu hanya lah "pion" yang netek Yahudi.
Soeharto lengser meninggalkan utang sebesar $ 150 miliar dollar.
Ditambah Soeharto mengucurkan BLBI bagi konglomerat yang sebagian besar
Cina, besarnya BLBI Rp 650 triliun. Sedangkan pemerintah harus
memasukkan bunga BLBI ke dalam APBN sampai tahun 2030.
Rakyat harus dibebani bunga BLBI terus-menerus, sementara yang
menikmati BLBI konglomerat cina. Enaknya, di zaman Megawati menjadi
presiden, utang-utang para konglomerat itu diputihkan. Mereka para
konglomerat hitam itu, menikmati hidupnya di Singapura, sampai sekarang.
Sekarang jumlah utang Indonesia periode 2007-2011 terus naik, dari Rp
1.385,55 triliun menjadi Rp 1.804,37 triliun. Kemudian, Desember 2012,
utang Republik Indonesia mencapai Rp 1,850 triliun.
Bagaimana Indonesia bisa membayar utang dan bunganya? Sementara itu,
rakyat yang sekarang sudah terseok-seok terus dibebani berbagai pajak
yang mencekik. Semuanya digunakan membayar utang. Para pejabat yang
terlibat dalam pengelolaan negara mereka tidak becus, dan hanya membuat
rakyat sengsara.
Menurut BPK (Badan Pemeriksa Keuangan) yang merilis laporan, bahwa
pemerintah belum mampu mengelola utang dengan efektif. Kerja pemerintah
yang buruk karena sederet faktor, diantara korupsi dan berokrasi yang
tidak efisien alias amboradul. Karena banyak korupsi yang sekarang
berlangsung secara sistemik. Utang hanyalah untuk kepentingan para
pejabat yang korup. Sementara rakyat harus menanggung beban utang.
Sekalipun para pengamat ekonomi mengatakan jumlah utang Indonesia
yang sudah mencapai 60 persen dari PDB, tetap masih dinilai aman. Belum
mencapai 100 persen dari PDB. Tetapi, jumlah utang yang sudah mencapai
60 persen dari PDB itu, sudah merupakan lampu merah.
Indonesia yang selalu diagungkan dengan pertumbuhan ekonominya yang
stabil diatas rata-rata 6 persen, kenyataan pertumbuhan ekonomi itu,
hanya diakibatkan faktor konsumsi yang terus meningkat termasuk import
barang-barang mewah, yang sekarang ini menyumbang inflasi tertinggi.
Kenyataannya, eksport Indonesia juga negatif, karena Indonesia tak
mampu menghasilkan produk manufuktur yang bisa dijual keluar negeri.
jadi kalau sekarang ini Indonesia masuk APEC, akhirnya Indonesia hanya
akan menjadi negara jajajahan.
Di tengah-tengah liberalisasi perdagangan dan investasi yang terus
berlangsung, sementara Indonesia sangat lemah di bidang perdagangan luar
negeri. Maka, Indonesia akan terus tergerus oleh kekuatan ekonomi
global, tanpa Indonesia mampu melawan kekuatan baru yang tumbuh di
kawasan Asia-Pasipic.
Sumber daya alam Indonesia habis dikuras melalui investasi yang
sekarang terus masuk ke berbagai proyek di Indonesia. Termasuk investasi
dari Cina. Dengan kondisis ekonomi Indonesia 80 persen dikangkangi
alias dikuasai oleh konglomerat Cina, maka bangsa Indonesia, khususnya
kaum pribumi, hanya akan menjadi kuli dan budak Cina.
Di bidang mineral khususnya minyak dan gas serta mineral lainnya, tetap Amerika dan Cina yang menjadi dominan.
Pertemuan antara Obama dan SBY, di Forum APEC, menurut berbagai
sumber dipastikan akan ditandatanganinya perpanjangan kontrak karya (KK)
PT Freeport, selama 40 tahun mendatang. Sungguh sangat dramatis. Ini
merupakan suguhan terakhir dari SBY kepada "tuan" Obama.
Itulah nasib bangsa Indonesia ditengah-tengah dinimaka global, dan
ketidak mampuan pemerintah mengelola negara, dan sekarang berada di
bawah ketiak dan pengaruh Cina yang terus melakukan ekspansi ekonomi di
kawasan Asia Pasific, dan mendapatkan dukungan para konglomerat Cina di
Indonesia.
Dibagian lain, Ketua BPK Hadi Purnomo, melaporkan Hasil Pemeriksaan
BPK kepada DPR kemarin, di mana terjadi penyimpangan 2.854 kasus
penyimpangan yang terjadi di instansi pusat dan daerah. Nilai kerugian
negara mencapai Rp 46,24 triliun.
Penyimpangan yang terjadi ini menjadi sumber korupsi yang terus
berkembang biak secara massif. Inilah yang mengakibatkan Indonesia
perlahan-lahan akan menuju : "failed state" (negara gagal)
Sumber : .voa-islam.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar