Bersinar.com- Rusia mendesak Amerika Serikat (AS) melakukan cara apa pun untuk
membawa oposisi Suriah ke perundingan perdamaian setelah kelompok utama
oposisi mengatakan tidak akan menghadiri pertemuan di Jenewa itu.
"Kami sangat berharap mitra kami dari Amerika Serikat dan
negara lain, yang tidak hanya memiliki pengaruh di berbagai kelompok
oposisi dan mendorong kelompok oposisi itu terus berjuang, menyadari
tanggung jawabnya untuk menciptakan keadaan serta menjalankan bagian
tugasnya bagi terselenggaranya Jenewa 2," kata Menteri Luar Negeri Rusia
Sergei Lavrov, Senin (14/10).
George Sabra, presiden Dewan Nasional Suriah, anggota
terbesar pada Koalisi Nasional, mengatakan hari Minggu bahwa kelompok
tersebut tidak akan menghadiri perundingan damai yang diusulkan di
Jenewa.
Perundingan Jenewa II itu, yang pertama kali diusulkan
berlangsung pada Mei, berkali-kali tertunda dan saat ini diharapkan
dapat terselenggara pada pertengahan bulan November.
Sabra mengatakan perundingan tidak mungkin dilakukan jika
melihat betapa rakyat di lapangan sedang mengalami penderitaan. Lavrov
mengatakan pernyataan Sabra itu menggarisbawahi bahwa konferensi damai
mendesak untuk diwujudkan.
"Rintangan utama jalan ini masih berupa ketidakmampuan
mitra-mitra untuk membuat oposisi Suriah maju ke Jenewa dan duduk di
meja perundingan dengan pemerintah."
Secara kontras, katanya, Rusia sedang menjalankan tugasnya
untuk membantu terselenggaranya konferensi tersebut. "Kami mengerahkan
pengaruh terhadap Damaskus, memberikan hasil nyata," katanya.
Moskow telah berkali-kali mengatakan bahwa agar
perundingan damai berhasil, pihak oposisi harus memiliki satu suara.
Lavrov pada hari Senin memperingatkan bahwa pihak oposisi saat ini
sangat terpecah belah.
"Koalisi Nasional sedang kehilangan posisinya. Koalisi sedang kehilangan pengaruh," ujarnya.
Negara-negara Barat yang dipimpim oleh AS dan Rusia telah
mendesak pemerintah Bashar al-Assad untuk bertemu melakukan perundingan
tentang penyelesaian konflik yang telah berlangsung selama dua setengah
tahun, yang telah menewaskan sekira 115 ribu orang.
Sumber : .republika.co.id
Tidak ada komentar:
Posting Komentar