Dunia ibarat air laut
Diminum hanya menambah haus
Nafsu bagaikan fatamorgana di padang pasir
Panas yang membakar disangka air
Dunia dan nafsu hanya bayang-bayang
Disangka ada, ditangkap hilang
-Raihan-
Dunia
memang selalu menggoda. Dunia selalu tampak indah dan menawan. Ia
cantik mempesona dan memikat hati banyak manusia. Bahkan Rasulullah SAW
sendiri pernah bersabda, “Dunia itu hijau dan manis” (HR. Muslim no.
7124). Ya, dunia memang penuh kesenangan dan kenikmatan.
Namun, dunia juga merupakan cobaan. “Sesungguhnya
Kami telah menjadikan apa yang ada di bumi sebagai perhiasan baginya,
agar Kami menguji mereka siapakah di antara mereka yang terbaik
perbuatannya” (QS. Al Kahfi: 7).
(Allah) Yang menjadikan mati dan hidup, supaya Dia menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya. (QS. Al Mulk: 2)
Sebenarnya,
banyak orang yang telah memahami hakikat dunia ini, namun masih banyak
pula yang terjebak di dalamnya. Yang paling menyedihkan adalah, orang
yang tidak mengerti sama sekali hakikat dunia. Mereka adalah
orang-orang yang terombang-ambing dalam pusaran gelombang hawa nafsu
yang sengaja dipasang oleh syetan untuk dijadikan perangkap dalam
menyesatkan manusia.
Jauh-jauh
hari, para ulama telah memperingatkan kita akan bahaya dunia jika
tidak dipahami secara benar. Imam Ghazali dalam kitabnya, Al Ihya,
menulis satu bab khusus berisi tentang hakikat dunia dan seluk beluknya
secara mendetail. Hadis-hadis yang secara tegas menggambarkan betapa
hinanya dunia pun sangatlah banyak.
Suatu
hari, Rasulullah SAW melewati sebuah bangkai kambing yang tergeletak
di tanah, lalu beliau bersabda, “Tidakkah kalian lihat betapa hinanya
bangkai ini?”. Para sahabat menjawab, “Karena hina itulah pemiliknya
membuangnya, wahai Rasulullah.” Kemudian beliau bersumpah, “Demi Allah
yang menggenggam jiwaku, sungguh dunia lebih hina di mata Allah daripada
bangkai kambing ini. Andaikan dunia setara dengan sayap nyamuk saja,
niscaya orang kafir takkan diberi minum.” (HR. Ibnu Majah, Hakim,
Tirmidzi)
Itulah
harga dunia yang digambarkan oleh Rasulullah SAW kepada kita. Dalam
hadis lain, beliau bersabda, “Dunia adalah penjara bagi orang mukmin dan
surga bagi orang kafir.” (HR. Muslim)
Barangsiapa
mencintai dunianya, maka ia harus siap mengorbankan akhiratnya. Dan
barang siapa mencintai akhiratnya, maka ia harus rela mengorbankan
dunianya. Maka pilihlah di antara dua hal tersebut yang paling kekal dan
tinggalkanlah yang fana. (HR. Ahmad, Bazzar, Ibnu Hibban, Hakim, ia
mensahihkannya)
Seperti
kita ketahui bersama, penjara adalah sebuah tempat yang amat tidak
disukai. Dalam penjara manusia tak menemukan kebebasan. Banyak kekang
dan larangan di sana-sini. Banyak aturan dan tetek-bengek yang
harus ditaati. Demikian pula dunia ini. Bagi seorang mukmin, dunia tak
ubahnya sebuah penjara yang mengekang kebebasannya. Ada batas
halal-haram yang tak boleh diterjang. Ada aturan-aturan yang tak boleh
ditentang. Ada saat-saat tertentu ia tidak diperbolehkan makan, minum
dan berjima. Ada saat-saat tertentu ia harus bangun dari tidur, lalu
mengambil air untuk mensucikan dirinya lalu berdiri menghadap Rabbnya.
Ada makanan, minuman, dan kenikmatan-kenikmatan lainnya yang tidak boleh
dikonsumsi. Segalanya penuh dengan rambu-rambu.
Sementara
bagi orang kafir, dunia adalah surga yang penuh kenikmatan. Tak ada
istilah haram dalam kamus mereka. Mereka hidup dalam kebebasan. Aturan
tak mereka indahkan. Larangan mereka terjang. Mereka dapat hidup
semaunya. Yang haram bisa jadi halal asalkan sesuai hawa nafsu mereka.
Allah SWT menggambarkan mereka dalam firman-Nya:
Dan
orang-orang yang kafir itu bersenang-senang (di dunia) dan mereka
makan seperti makannya binatang-binatang. Dan neraka adalah tempat
tinggal mereka. (QS. Muhammad: 12)
Biarkanlah
mereka (di dunia ini) makan dan bersenang-senang dan dilalaikan oleh
angan-angan (kosong), maka kelak mereka akan mengetahui (akibat
perbuatan mereka). (QS. Al Hijr: 3)
Orang
kafir tidak memahami bahwa masih ada kehidupan lagi setelah kehidupan
di dunia ini. Mereka tak mengerti bahwa dunia pada hakikatnya adalah
ruang ujian, tempat menyeleksi para peserta ujian yang berhak memasuki
kehidupan sebenarnya. Oleh karena itu, mereka tak pernah berpikir
sedikitpun untuk mempersiapkan kehidupan baru tersebut. Orientasi mereka
hanyalah menuruti kemauan hawa nafsu dan memuaskannya. Mereka tak
ubahnya seperti binatang ternak yang hanya memikirkan urusan “perut dan
bawah perut”. Padahal, tak ada kenikmatan yang abadi di dunia ini.
Semuanya semu, semuanya sementara dan semuanya hanya sedikit.
Apakah
kamu puas dengan kehidupan di dunia sebagai ganti kehidupan di
akhirat? padahal kenikmatan hidup di dunia ini (dibandingkan dengan
kehidupan) di akhirat hanyalah sedikit. (QS. At Taubah: 38)
Oleh
karena itu Rasulullah SAW memuji orang-orang mukmin dan menyebut
mereka sebagai orang-orang cerdas, “Orang cerdas adalah orang yang
mengekang hawa nafsunya dan mempersiapkan perbekalan untuk kehidupan
setelah mati. Sedangkan orang lemah adalah orang yang menuruti hawa
nafsunya lalu berangan-angan terhadap Allah.” (HR. Tirmidzi, Ibnu
Majah, Ahmad, Baihaqi)
Allah
SWT juga memperingatkan orang-orang mukmin agar tidak merasa iri
dengan kenikmatan yang diberikan kepada sebagian hamba-Nya yang lain
dalam masalah dunia.
Jangan
kamu arahkan pandanganmu kepada kenikmatan (duniawi) yang telah Kami
berikan kepada golongan-golongan dari mereka, sebagai hiasan dunia saja,
untuk Kami uji mereka dengannya. Karunia Tuhan kamu adalah lebih baik
dan lebih kekal. (QS. Thaha: 131).
Di
mata para nabi dan orang-orang shaleh, dunia tak memiliki nilai sama
sekali. Mencintai dunia merupakan sumber malapetaka (HR. Baihaqi dalam
Syu’abul Iman). Segala macam kerusakan yang terjadi di muka bumi ini,
sebagian besarnya disebabkan oleh cinta dunia. Pembunuhan, perampokan,
pemerkosaan, permusuhan sesama saudara karena masalah harta warisan, iri
dan dengki karena keberhasilan orang lain dan kerusakan-kerusakan
lainnya merupakan buah dari menipisnya keimanan terhadap Hari Akhir dan
kecintaan terhadap dunia yang berlebihan.
Oleh
karena itu, para ulama selalu memperingatkan kita agar tidak terlena
dengan tipu daya dunia yang tampak indah di mata. Diriwayatkan dalam
sebuah hadis, Rasulullah SAW bersabda, “Dunia itu terlaknat dan
terlaknat pula apa-apa yang ada di dalamnya kecuali yang ditujukan untuk
Allah”. (HR. Tirmidzi dan Ibnu Majah)
Dunia, sebagaimana disebutkan oleh Imam Ghazali dalam kitab Al Ihya, terbagi menjadi tiga kategori:
Pertama,
segala sesuatu yang hanya dapat kita rasakan ketika kita masih hidup
dan tak dapat bermanfaat di akhirat. Kenikmatan ketika melakukan
kemaksiatan, perkara-perkara mubah yang berlebihan, bersenang-senang
dengan perkara-perkara duniawai seperti harta, wanita, anak, kendaraan,
makanan, pakaian dan lain sebagainya merupakan contohnya.
Kedua,
segala sesuatu yang akan terus menemani kita sampai di akhirat dan
hasilnya dapat kita nikmati di sana. Kategori ini hanya mencakup dua
hal, yaitu ilmu dan amal.
Ketiga,
pertengahan antara yang pertama dengan kedua, yaitu segala sesuatu
yang kita rasakan di dunia namun dapat menopang kehidupan di akhirat.
Kategori ini merupakan kebutuhan primer yang tak dapat terlepas dari
manusia, yaitu kebutuhan yang harus tercukupi demi mempertahankan
kelangsungan hidup manusia, seperti makanan secukupnya, pakaian, tempat
tinggal dan kesehatan jasmani. Jika kategori ketiga ini dimanfaatkan
dengan baik untuk menghasilkan ilmu dan amal, maka ia berubah menjadi
kategori kedua. Namun jika tidak, maka ia menjadi kategori pertama.
Di
antara ketiga kategori di atas, bagian pertamalah yang dimaksud dengan
dunia yang tercela. Itulah dunia yang sangat berbahaya dan mematikan.
Meminumnya sama dengan menenggak racun. Menjauhinya merupakan jalan
keselamatan. Semoga kita diselamatkan dari fitnah dunia. Amin.
Sumber : http://edukasi.kompasiana.com/2011/10/19/mengenal-hakikat-dunia/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar