Pendahuluan
Latar Belakang
Manusia
diciptakan oleh Allah dengan membawa tugas dan amanah yang sangat
berat. Salah satu tugas manusia di bumi ini adalah sebagai khlaifah fil
ardl. Setiap manusia memiliki tugas sebagai pemimpin. Di mana seorang
pemimpin itu harus mampu menciptakan ketentraman, kedamaian, keadilan
dan kesejahteraan. Membenarkan atau mengarahkan segala
sesuatu yang dirasa belum baik dan tidak sesuai dengan apa yang
diperintahkan oleh Allah selaku Sang Khalik. manusia memiliki tugas
untuk menyeru kepada manusia yang lain yang belum sesuai dengan yang
diperintahkan Allah. Manusia memiliki kewajiban beramar ma’ruf nahi
munkar (baca: dakwah).
Dakwah
merupakan kewajiban setiap muslim. Sebagai dai tentu saja kita ingin
mencapai kesuksesan dalam mencapai tugas dakwah. Salah satu bentuk
keberhasilan dalam dakwah adalah berubahnya sikap kejiwaan seseorang.
Dari tidak cinta Islam menjadi cinta, dari tidak mau beramal saleh
menjadi giat melakukannya, dari cinta kemaksiatan menjadi benci dan
tertanam dalam jiwanya rasa senang terhadap kebenaran ajaran Islam,
begitulah seterusnya.
Karena
dakwah bermaksud mengubah sikap kejiwaan seorang mad’u, maka
pengetahuan tentang psikologi dakwah menjadi sesuatu yang sangat
penting. Dengan pengetahuan tentang psikologi dakwah ini, diharapkan
kita dapat melaksanakan tugas dakwah dengan pendekatan kejiwaan. Rasul
Saw. Dalam dakwahnya memang sangat memperhatikan tingkat kesiapan jiwa
orang yang didakwahinya dalam menerima pesan-pesan dakwah.
Saat
ini banyak sekali fenomena-fenomena negatif yang terjadi di sekitar
kita, dalam artian, banyak sekali umat manusia yang jauh dari apa yang
Allah perintahkan kepada manusia itu sendiri. tugas lain dari manusia
adalah beribadah kepada Allah. bukan hanya manusia saja, tapi jin juga
malaikat. Tapi masih banyak sekali manusia yang belum menjalankan
tugasnya, maka di sinilah juga tugas kita manusia (baca: da’i) untuk
meluruskan hal-hal yang seperti itu dan mengajak mereka yangbelum
menjalankan perintah Allah untuk melaksanakannya. Sebagian besar mereka
mungkin memang mengaku sebagai seorang muslim, tapi apakah mereka sudah
benar-benar melakukan tugasnya sebagai seorang muslim?
A. Pengertian Psikologi Dakwah
Secara
harfiah, psikologi artinya ‘ilmu jiwa’ berasal dari kata yunani psyce
‘jiwa’ dan logos ‘ilmu’. Akan tetapi yang dimaksud bukanlah ilmu tentang
jiwa. Psikologi adalah ilmu yang mempelajari tingkah laku manusia
sebagai gambaran dari keadaan jiwanya. Adapun dakwah merupakan usaha
mengajak manusia agar beriman kepada Allah Swt dan tunduk kepada-Nya
dalam kehidupan di dunia ini, dimanapun ia berada dan bagaimana pun
situasi serta kondisinya.
Dengan
demikian, psikologi dakwah adalah ilmu yang mempelajari tingkah laku
manusia yang merupakan gambaran dari kejiwaannya guna diarahkan kepada
iman takwa kepada Allah Swt. Bila disederhanakan bisa juga dengan
pengertian, dakwah dengan pendekatan kejiwaan.
Pengertian dari Psikologi Dakwah yaitu Psikologi dan Ilmu Dakwah. Pengetahuan tentang Ilmu Jiwa atau Psikologi diperlukan karena Psikologi Dakwah memang merupakan bagian dari Psikologi, yakni Psikologi terapan. Ilmu Dakwah juga sangat relevan karena Psikologi Dakwah ini adalah ilmu bantu bagi kegiatan dakwah. Boleh jadi pengguna ilmu ini adalah Da’I yang psikolog yang suka berdakwah.
A.1 Psikologi
Secara
sederhana Psikologi sering disebut sebagai ilmu yang mempelajari
tingkah laku manusia yang merupakan gejala dari jiwanya. Sedangkan
pengertian atau definisi yang lebih terperinci menyebutkan bahwa
psikologi adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari tingkah laku lahiriah
manusia dengan menggunakan metode observasi secara obyektif, seperti
terhadap rangsang (stimulus) dan jawaban (respon) yang menimbulkan
tingkah laku.
Definisi
tersebut di atas mengesankan bahwa kegunaan psikologi terbatas hanya
untuk menguraikan atau mengungkap apa yang ada di balik tingkah laku
manusia. Dalam keadaan tertentu, kebutuhan seseorang memang dapat saja
terbatas hanya ingin mengetahui faktor kejiwaan apa yang menyebabkan
tingkah laku tertentu orang lain, tapi di saat yang lain, misalnya bagi
seorang yang sedang merencanakan suatu kegiatan yang melibatkan banyak
orang di mana banyak kemungkinan bisa terjadi, maka psikologi dapat
membantunya meramalkann kira-kira tingkah laku apa yang bakal dilakukan
oleh sebagian atau keseluruhan dari orang-orang yang diamatinya.
A. 2 Dakwah
Dalam bahasa Arab, da’wat atau da’watun biasa
digunakan untuk arti-arti: undangan, ajakan dan seruan yang kesemua
menunjukkan adanya komunikasi antara dua pihak dan upaya mempengaruhi
pihak lain. ukuran keberhasilan undangan, ajakan atau seruan adalah
manakal pihak kedua yakni yang diundang atau diajak memberikan rspon
positif yaitu mau datang dan memenuhi undangan itu. jadi kalimat dakwah mengandung muatan makna aktif dan menantang, berbeda dengan kalimat tanligh yang
artinya menyampaikan. Ukuran keberhasilan seorang mubaligh adalah
menekala ia berhasil menyampaikan pesan islam dan pesannya sampai (wama ‘alaina illa al balagh), sedangkan
bagaimana respon masyarakat tidak menjadi tanggung jawabnya. Dari sini
kita juga dapat menyebutkan apa sebenarnya tujuan dari dakwah itu
sendiri? Adapun tujuan dari dakwah adalah untuk menumbuhkan pengertian,
kesadaran, penghayatan dan pengalaman ajaran agama yang dibawakan oleh
aparat dakwah/da’i.
Dengan
demikian maka dapat dirumuskan bahwa dakwah ialah usaha mempengaruhi
orang lain agar mereka bersikap dan bertingkah laku seperti apa yang
didakwahkan oleh Da’i. setiap da’i agama pun pasti
berusaha mempengaruhi orang lain agar mereka bersikap dan bertingkah
laku sesuai dengan agama mereka.dengan demikian pengertian dakwah islam
adalah upaya mempengaruhi orang lain agar mereka bersikap dan bertingkah
laku islami (memeluk agama islam).
Sebagai
perbuatan atau aktifitas, dakwah adalah peristiwa komunikasi di mana
da’I menyampaikan pesan melalui lambing-lambang kepada Mad’u, dan mad’u menerima pesan itu, mengolahnya dan kemudian meresponnya. Jadi, proses saling mempengaruhi antara da’I dan mad’u adalah
merupakan peristiwa mental. Dengan mengacu pada pengertian psikologi,
maka dapat dirumuskan bahwa psikologi dakwah ialah ilmu yang berusaha
menguraikan, meramalkan dan mengendalikan tingkah laku manusia yang
terkait dalam proses dakwah. Psikologi dakwah berusaha menyingkap apa
yang tersembunyi di balik perilaku manusia yang terlibat dalam dakwah,
dan selanjutnya menggunakan pengetahuan itu untuk mengoptimalkan
pencapaian tujuan dari dakwah itu.
Sasaran Dakwah
Sehubungan
dengan kenyataan yang berkembang dalam masyarakat, bila dari aspek
kehidupan psikolgis, maka dalam pelaksanaan program kegiatan dakwah
berbagai permasalahan yang menyangkut sasaran bimbingan atau dakwah
perlu mendapatkan konsiderasi yang tepat yaitu meliputi hal-hal sebagai
berikut:
1. Sasaran
yang menyangkut kelompok masyarakat ilihat dari segi sosiologis berupa
masyarakat terasing, pedesaan, kota besar dan kecil, serta masyarakat di
daerah marginal dari kota besar.
2. Sasaran yang menyangkut golongan masyarakat dilihat dari segi struktur kelembagaan berupa masyarakat, pemerintah dan keluarga.
3. Sasaran
yang berupa kelompok-kelompok masyarakat dilihat dari segi sosial
cultural berupa golongan priyayi, abangan dan santri. Klasifikasi ini
terutama terdapat dalam masyarakat di Jawa.
4. Sasaran
yang berhubungan dengan golongan masyarakat dilihat dari segi tingkat
usia berupa golongan anak-anak, remaja dan orang tua.
5. Sasaran
yang berhubungan dengan golongan masyarakat dilihat dari okupasinal
(profesi, atau pekerjaan) berupa golongan petani, pedagang, seniman,
buruh, pegawai negeri (administrator).
6. Sasaran
yang menyangkut golongan masyarakat dilihat dari segi tingkat hidup
sosial ekonomis berupa golongan orang kaya, menengah dan miskin.
7. Sasaran yang menyangkut kelompok masyarakat dilihat dari segi jenis kelamin berupa golongan wanita, pria dan sebagainya.
8. Sasaran
berhubungan dengan golongan dilihat dari segikhusus berupa golongan
masyarakat tunasusila, tunawisma, tuna karya, naarapidana dan
sebagainya.
Dan
jika disebutkan secara general, sasaran dakwah ini adalah meliputi
semua golongan masyarakat. Walaupun masyarakat ini berbeda dan
masing-masing memiliki ciri-ciri khusus dan tentunya juga memerlukan
cara-cara yang berbeda-beda dalam berdakwah, perlu kita lihat dulu siapa
mad’unya, dari golongan mana agar apa yang akan kita dakwahkan dapat
diterima dengan baik oleh mad’u.
Dakwah Psikologis
Dakwah
psikologis atau dakwah yang dilakukan dengan pendekatan jiwa memang
sangat penting, turunnya ayat Al Quran secara bertahap merupakan suatu
bukti bahwa pendekatan kejiwaan merupakan sesuatu yang tidak boleh
diabaikan, begitu pula dengan berbagai peristiwa dakwah yang dialami
oleh Rasul Saw. Mislanya dalam turunnya ayat dilarangnya minum khamar,
Allah membuat tiga tahapan:
- peringatan tentang mudharat-nya (Qs. 2: 219)
- pelarangan sholat dalam keadaan mabuk (4:43)
- perintah menjauhi khamar (5:90)
SIKAP MENTAL DAI
Di
atas sudah disebutkan bahwa dakwah merupakan usaha mengubah sikap
kejiwaan seseorang dari tidak islami kepada sikap yang islami. Untuk
itu, orang yang berdakwah harus memiliki sikap mental yang baik dan ini
harus bertul-betul terealisasi dalam kehidupannya sehari-hari. Sikap
mental ini antara lain sebagai berikut:
(1)
Memiliki kecintaan kepada ajaran Islam, sehingga dalam kapasitasnya
sebagai dai, seorang telah merealisasikan pesan-pesan dakwahnya dalam
kehidupan nyata. Bila tidak, terdapat hambatan psikologis untuk
diterimanya pesan-pesan dakwah oleh madú, bahkan bisa mengakibatkan
hilangnya kewibawaan sebagai dai dan di hadapan Allah Swt, ia
mendapatkan kemurkaan-Nya. Allah Swt berfirman,
“Wahai orang-orang yang beriman, kenapakah kamu mengatakan sesuatu yang tidak kamu kerjakan?” (As-Shaff:2)
(2)
Lemah lembut kepada madú-nya agar mereka senang dan mau menerima
pesan-pesan dakwah serta mengikuti jalannya. Bila bersikap sebaliknya,
yakni bengis dan kasar, kemungkinan besar yang terjadi adalah dai
dijauhi madú nya. Ini pula yang dicontohkan oleh Rasul Saw dalam
berbagai peristiwa, sehingga mereka yang semula memusuhi berubah menjadi
pendukung-pendukung yang setia.
(3) Bersikap sabar dan optimis dalam dakwah
(4)
Menggunakan cara yang baik dan benar dalam berdakwah, sehingga secara
psikologis dakwah akan mendapat simpati mereka yang semula tidak suka
dan tidak ada alasan untuk menuduh para dai dengan tuduhan yang tidak
benar.
B. Ruang Lingkup Psikologi Dakwah
Sebagaimana telah disebutkan di atas bahwa kalimat da’watun dapat
diartikan dengan undangan, seruan atau ajakan, yang kesemuanya
menunjukkan adanya komunikasi antara dua pihak di mana pihak pertama (da’i) berusaha menyampaikan informasi, mengajak dan mempengaruhi pihak kedua (mad’u).
pengalaman berdakwah menunjukkan bahwa ada orang yang cepat tanggap
terhadap seruan dakwah ada yang acuh tak acuh dan bahkan ada yang bukan
hanya tidak mau menerima tetapi juga melawan dan menyerang balik.
Proses
penyampaian dan penerimaan pesan dakwah itu dilihat dari sudut
psikologi tidaklah sesederhana penyampaian pidato oleh da’i dan didengar
oleh hadirin, tetapi mempunyai makna yang luas, meliputi penyampaian
energi dalam sistem syaraf, gelombang suara dan tanda-tanda. Ketika
proses suatu dakwah berlangsung, terjadilah penyampaian energy dari
alat-alat indera ke otak, baik pada peristiwa penerimaan pesan dan
pengolahan informasi, maupun pada proses saling mempengaruhi dari kedua
belah pihak.
C. Pusat Perhatian Psikologi Dakwah
Dari
uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa pusat perhatian psikologi
terhadap terhadap proses dakwah sekurang-kurangnya meliputi empat hal:
1. Analisa
terhadap seluruh komponen yang terlibat dalam proses dakwah kepada
da’I, psikologi dakwah melacak sifat-sifatnya dan mempertanyakan;
mengapa da’i A berhasil mempengaruhi orang-orang yang didakwahi sedang
da’i B kok tidak. Tentang mad’u (dn juga da’i) sebagai manusia,
sifat-sifatnya dan faktor-faktor apa (internal dan eksternal) yang
mempengaruhi perilaku komunikasinya.
2. Bagaimana pesan dakwah menjadi stimulus yang menimbulkan respon mad’u
3. Bagaimana proses penerimaan pesan dakwah oleh mad’u, faktor-faktor apa (personal dan situasional) yang mempengaruhinya.
4. Bagaimana
dakwah dapat dilakukan secara persuasive, yaitu proses mempengaruhi dan
mengendalikan perilaku mad’u dengan pendekatan psikologis atau dengan
menggunakan cara berpikir dan cara merasa mad’u.
D. Pendekatan Psikologi Dakwah
Sebagaimana
disebutkan di atas, bahwa sebagai kegiatan adalah peristiwa komunikasi.
Komunikasi menarik perhatian banyak disiplin ilmu, dengan pendekatan
yang berbeda-beda. Sosiologi misalnya, mempelajari komunikasi dalam
konteks interaksi sosial untuk mencapai tujuan-tujuan kelompok. Dalam
pandangan sosiolog, komunikasi adalah proses megubah kelompok manusia
menjadi kelompok manusia yang berfungsi.
Menurut
teori komunikasi, (fisher, 1978, hal 136-142), proses dakwah dapat
dilihat sebagai kegiatan psikologis yang mencakup hal-hal sebagai
berikut:
Pertama, diterimanya stimuli (ranngsang) oleh organ-organ penginderaan, berupa orang, pesan, warna atau aroma.
Kedua,
rangsang yang diterima mad’u berupa-rupa, warna, suara, aroma dan pesan
dakwah yang disampaikan da’i da’i itu kemudian diolah di dalam benak
mad’u (hadirin), dihubung-hubungkan dengan pengalaman masa lalu
masing-masing dan disimpulkan juga oleh masing-masing. Meskipun pesan
dakwah oleh da’i itu dimaksudkan A, tapi kesimpulan mad’u boleh jadi B,
C, atau D.
Ketiga,
untuk merespon terhadap ceramah atau seruan ajarkan da’i (misalnya
tepuk tangan, berteriak, mengantuk atau karena bosan kemudian
meninggalkan ruangan), pikiran hadirin bekerja, mengingat-ingat apa yang
pernah terjadi di masa lalu. Dari memori itu para hadirin kemudian
meramalkan bahwa jika hadirin melakukan tindakan X, maka da’i akan
melakukan tindakan Y. jika X maka Y.
Ketiga,
setelah itu barulah hadirin akan merespon terhadap ajakan da’i, dan
respon dari, dan respon dari hadirin itu merupakan umpan balik bagi
da’i.
Sebenarnyalah
bahwa dalam proses dakwah, dalam arti interaksi sosial antara da’i dan
mad’u sekurang-kurangnya terkandung tiga makna:
1. Bahwa,
baik da’i maupun mad’u sebenarnya terlibat dalam proses belajar, baik
dari segi berpikir maupun dari sudut merasa. Mad’u belajar kepada da’i,
tapi da’i juga belajar kepada umpan balik yang disampaikan oleh mad’u.
2. Antara
da’i dan mad’u terjadi proses penyampaian dan penerimaan
lambang-lambang dalam berkomunikasi (tepuk tangan lambing suka, gaduh
dan ngantuk lambang penolakan)
3. Adanya
mekanisme penyesuaian diri antara da’i dan mad’u. bentuk penyesuaian
diri itu bisa permainan peranan,identifikasi, atau agresi. Jika hadirin
ramai-ramai meninggalkan tempat acara atau berbicara sendiri atau
mengantuk semua, padahal mubalighnya masih pidato di atas mimbar, maka
apa yang dilakukan hadirin menurut pandangan psikologi sebenarnya
merupakan penyesuaian diri dari ceramah yang tidak komunikatif.
Proses
dakwah dikatakan berhasil dan efektif ketika tujuan dari dakwah itu
sendiri telah tercapai. Tercapainya tujuan dakwah ada beberapa tahap,
antara lain:
a. Tahap kognitif, adalah ketika seorang mad’u mampu menangkap, mengerti dan memahami apa yang disampaikan oleh seorang da’i.
b. Tahap
afeksi, adalah tahap berikutnya setelah tahap kognitif. Pada tahap ini,
seorang mad’u diharapkan mampu merasakan dan merenungkan secara lebih
mendalam apa yang telah disampaikan oleh da’i, tidak hanya sekedar
memikirkan saja
c. Tahap
psikomotor, adalah tahap di mana seorang mad’u telah mampu
mengaplikasikan atau menjalankan apa yang sebelumnya telah disampaikan
oleh seorang da’i, dan setelah mad’u melakukan perenungan secara
mendalam. Sehingga kesadaran benar-benar muncul dalam diri seorang mad’u
tentang apa sesungguhnya kewajibannya terhadap Tuhannya, apa
seungguhnya tugas dan kewajibannya di dunia ini agar pada saat
menjalankan tugas dan amanahnya, seorang mad’u benar-benar melakukan
dengan berdasarkan kesadarannya sendiri.
E. Tujuan Psikologi Dakwah
Oleh
karena psikologi dakwah mempedomani kegiatan dakwah, maka tujuan
psikologi dakwah adalah: memberikan pandangan tentang mungkinnya
dilakukan perubahan tingkah laku atau sikap mental psikologis sasaran
dakwah sesuai dengan pola/pattern kehidupan yang dikehendaki oleh ajaran
agama yang didakwahkan/diserukan oleh aparat dakwah/da’i
Kesimpulan
Dari penjelasan tentang psikologi dakwah di atas dapat kita lihat bahwa erat sekali hubungan antara psikologi dengan dakwah.
- Karena
ketika seseorang berdakwah (da’i) maka ia perlu bahkan harus mengetahui
kondisi psikologis obyek yang didakwahi (mad’u) agar apa yang
disampaikan nantinya dapat tersampaikan dengan baik. Karena dakwah itu
sendiri merupakan suatu kegiatan yang mempengaruhi orang lain agar mau
merubah tingkah lakunya dan mengikuti sesuai dengan yang disyari’aykan
oleh agama (islam).
- Dalam
mempengaruhi orang lain agar orang lain dapat mengikuti apa yang kita
inginkan maka kita harus melakukan beberapa pendekatan, dan bisa
dibilang pendekatan psikologis adalah pendekatan yang paling penting dan
yang paling berpengaruh apakah nantinya orang lain (mad’u) itu dapat
menerima apa yang disampaikan oleh Da’i dan menjalankannya.
- Perlu
kita ketahui juga bahwasannya tujuan utama dari dakwah adalah bagaimana
nantinya seorang mad’u dapat atau mau menjalankan apa yang disampaikan
oleh seorang da’i, bukan hanya sekedar dipahami, direnungkan dan
dirasakan saja.dan bagaimana agar seorang mad’u benar-benar menjalankan
apa yang disampaikan oleh da’i dengan penuh kesadaran dari dirinya
sendiri.
Daftar Pustaka
- Arifin, M. Psikologi Dakwah Suatu Pengantar Studi. Bumi Aksara: Jakarta. 1990
- Mubarok, Achmad. Psikologi Dakwah. Pustaka Firdaus: Jakarta. 1997
- Serta beberapa sumber dari internal
Ssumber : http://makalahpsikologi.blogspot.com/2010/01/psikologi-dakwah.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar