1. Kecerdasan
Kecerdasan ialah istilah umum yang digunakan untuk
menjelaskan sifat pikiran yang mencakup sejumlah kemampuan, seperti
kemampuan menalar, merencanakan, memecahkan masalah, berpikir abstrak,
memahami gagasan, menggunakan bahasa, dan belajar. Kecerdasan bisa
termasuk kreativitas, kepribadian, watak, pengetahuan, atau
kebijaksanaan. Pembagian spesifikasi kecerdasan menurut L.L. Thurstone:
- Pemahaman dan kemampuan verbal
- Angka dan hitungan
- Kemampuan visual
- Daya ingat
- Penalaran
- Kecepatan perseptual
Terdapat beberapa faktor yang memengaruhi kecerdasan, yaitu:
- Faktor Bawaan atau Biologis
- Faktor Minat dan Pembawaan yang Khas
- Faktor Pembentukan atau Lingkungan
- Faktor Kematangan
- Faktor Kebebasan
2. Kemauan yang Keras
Rasulullah bersabda, “Berkemauan keraslah kamu kepada apa-apa yang bermanfaat untukmu dan jangan bersikap lemah” HR. Muslim
Dalam bahasa arab kata berkemauan keras yakni “Hirsh” akan coba kita dekati dengan kata “Antusias”.
“Success is going from failure to failure without loss of enthusiasm.”(Keberhasilan berjalan dari kegagalan ke kegagalan tanpa kehilangan antusiasme)- Winston Churchill -
Kata antusias (enthusiast) atau antusiasme (enthusiasm) berasal dari bahasa Yunani kuno “entheos” yang
berarti “Tuhan di dalam” dan antusias berarti “diilhami dari Tuhan”.
Sedangkan menurut kamus Webster, antusiasme berarti “kegairahan yang
kuat terhadap salah satu sebab atau subyek; semangat atau minat yang
berapi-api; kegairahan.”
Sikap antusias akan membawa kita pada pikiran, perasaan dan tindakan
yang positif. Dale Carnegie telah membuktikan keampuhan antusiasme bagi
kesuksesan dirinya, sebagaimana telah ditulis dalam bukunya yang
berjudul “Rahasia Keberhasilan yang Jarang Dikenal.” Ia pernah
mengatakan bahwa “antusiasme yang murni dan sepenuh hati adalah satu
dari faktor-faktor kesuksesan dalam hampir segala usaha.” Albert Carr,
dalam bukunya How to Attract Good Luck tidak menyebut kata antusiasme, tetapi sebagai gantinya ia menyebut kata “semangat” (”zest”) – yang kurang lebih sama artinya dengan antusias -sebagai jalan pintas menuju keberuntungan (the shortcut to luck).
Itulah kekuatan dari antusiasme atau semangat. Jadi tidak salah apabila
Bertrand Russell menyebut semangat sebagai “tanda paling khusus dan universal dari orang-orang bahagia.”
3. Sungguh-sungguh
Man Jadda Wajada = Siapa yang bersungguh-sungguh pasti akan
berhasil. Begitulah bunyi peribahasa arab yang populer. Kesungguhan
memang merupakan satu hal yang wajib kita miliki jika ingin berhasil
mencapai sesuatu. Dalam kesungguhan itu terkandung mental baja dan sikap
pantang menyerah. Ketika bersungguh-sungguh, kita memberikan seluruh
energi, hati, dan pikiran kita pada apa yang kita kerjakan. Kita
berfokus pada keinginan kita untuk mencapai apa yang kita inginkan.
Bukan kesulitan yang mungkin dihadapi untuk mencapainya.
Rasulullah saw. bersabda:
“Allah mencela sikap lemah dan tidak bersungguh-sungguh. Kamu
harus memiliki sikap cerdas dan cekatan, namun jika kamu tetap
terkalahkan oleh suatu perkara, maka kamu berucap ‘cukuplah Allah
menjadi penolongku, dan Allah sebaik-baik pelindung.’” (HR. Abu Dawud).
Kesungguhan adalah salah satu wujud keyakinan kita pada Allah. Bahwa
Dia bisa mewujudkan apa saja dan kesungguhan kita merupakan salah satu
pembuka jalannya. Kesungguhan membuat kita maksimal dalam melakukan
setiap hal. Tidak mudah menyerah sebelum mencapai tujuan, meresapi
proses perjuangannya dan menikmati buah manis keberhasilan pada
akhirnya.
Dan bahwasanya seorang manusia tiada memperoleh selain apa yang
telah diusahakannya. Dan bahwasanya usaha itu kelak akan diperlihatkan
(kepadanya). Kemudian akan diberi balasan kepadanya dengan balasan yang
paling sempurna. Dan kepada Tuhanmulah kesudahan (segala sesuatu). (QS. An-Najm: 39-42)
4. Memiliki Bekal/Biaya
Para ulama jaman dahulu rela mengorbankan harta bendanya untuk
melakukan perjalanan dalam menuntut ilmu. Abu Hatim yang menjual bajunya
untuk dapat menuntut Ilmu, Imam Malik bin Anas menjual kayu atap
rumahnya untuk bisa menuntut ilmu, bahkan Al Hamadzan Al Atthar, seorang
syaikh dari Hamadzan menjual seluruh warisannya untuk biaya menuntut
ilmu. Penunutut ilmu mencurahkan segala kemampuan baik materi atau
apapun yang ia miliki hingga ia menggapai cita-citanya hingga ia mumpuni
dalam bidang keilmuan dan kekuatannya: baik hafalan, pemahaman maupun
kaidah dasarnya.
Wajib bagi penuntut ilmu memiliki bekal paling minimal yakni dia bisa
mengisi perutnya untuk sehari-harinya. Jangan sampai dia menjadi
seorang yang kelaparan. Orang yang kelaparan terus menerus maka otaknya
akan sangat kekurangan nutrisi dan sulit untuk berpikir disamping itu
juga tubuhnya menjadi lemah bahkan sakit-sakitan.
5. Berteman dengan Ustadz (Guru)/Tutor
Tidak ada Guru menyebabkan tidak ada yang menegur, membimbing dan
mengarahkan agar kita agar tetap berada di jalan yang benar. Guru adalah
sumber ilmu, sesudah buku. Pepatah tersebut mungkin sudah tidak asing
lagi di telinga kita. Semenjak kita kecil hingga besar perjalan hidup
kita ini harus lah selalu atas peranan guru dan juga bimbingan guru.
Tidaklah seorang anak manusia di Dunia ini yang bisa pintar tanpa adanya
peranan seorang guru. Guru merupakan faktor kesuksesan dan keberhasilan
dalam mencari ilmu.
6. Membutuhkan waktu yang lama
Dikatakan kepada Imam Ahmad, “Seorang menuntut ilmu pada guru saja
yang memiliki ilmu yang banyak atau dia pergi bertualang menuntut
ilmu?”. Ahmad menjawab, “dia bertualang dan menulis dan mendengar dari
para ulama di setiap kota”. Bahkan Musa sendiri yang sudah jadi Nabi
berjalan jauh untuk menuntut ilmu.( Fathul Bari)
Imam Bukhari membuat bab khusus tentang keluar menuntut ilmu . lalu
beliau mencontohkan sahabat Jabir bin Abdullah. Sahabat dari kalangan
Anshar ini pernah melakukan perjalanan selama satu bulan untuk mengambil
satu Hadits dari Abdullah bin Unais. (Shohih Bukhari)
Muhammad bin Syihab Az Zuhri berkata, “Yang namanya ilmu, jika engkau memberikan usahamu seluruhnya, ia akan memberikan padamu sebagian.”
Dalam hadits riwayat Muslim, Abu Katsir berkata, “Ilmu tidak
diperoleh dengan badan yang bersantai-santai.” (HR. Muslim no. 612).
Memang membutuhkan waktu yang lama bahkan tidak ada batas dalam mencari ilmu. Bahkan sering kita dengar kata-kata mutiara uthlubu ‘ilma minal mahdi ilal lahdi ( tuntutlah ilmu sejak dini hingga mati)
Sumber : wordpress.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar