Tauhid
adalah tujuan diciptakannya alam semesta. Tauhid adalah ajaran
keselamatan yang dibawa oleh para nabi. Tak seorang nabi pun melainkan
menyeru umatnya kepada tauhid.
Tauhid merupakan kewajiban pertama yang Allah Subhanahu wa Ta’ala
wajibkan kepada umat manusia, dan sebaliknya larangan pertama yang
Allah larang kepada mereka adalah syirik. Hal ini sebagaimana firman
Allah Subhanahu wa Ta’ala:
“Hai
manusia beribadahlah kepada Rabbmu yang telah menciptakanmu dan
orang-orang yang sebelummu, agar kamu bertaqwa. Dialah yang menjadikan
bumi sebagai hamparan bagimu dan langit sebagai atap. Dan Dia yang
menurunkan air (hujan) dari langit, lalu Dia menghasilkan dengan sebab
itu segala buah-buahan sebagai rizki untukmu, karena itu janganlah kamu
menjadikan sekutu-sekutu bagi Allah padahal kamu mengetahui.” (Q.S. Al Baqarah : 21-22)
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
“Orang-orang
yang beriman dan tidak mencampuradukkan iman mereka dengan kezhaliman
(syirik), mereka itulah orang-orang yang mendapat keamanan dan mereka
itu adalah orang-orang yang mendapat petunjuk.” (QS. Al-An’am: 82).
Dari
Abdullah bin Mas’ud, ia mengatakan: “Ketika ayat ini turun, hal itu
cukup memberatkan kaum muslimin. Mereka mengatakan, ‘Adakah di antara
kita yang tidak berbuat zhalim terhadap dirinya sendiri?’ Maka
Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wa Salam bersabda, ‘Bukan
demikian yang dimaksud, tetapi maksudnya adalah syirik. Tidakkah kalian
mendengar ucapan Luqman kepada putranya, “Wahai anakku, janganlah kamu
menyekutukan Allah, sesungguhnya menyekutukan Allah adalah kezhaliman
yang besar.” (Muttafaq ‘alaih).
Ayat ini
memberikan kabar gembira kepada orang-orang yang bertauhid yang tidak
mencampuradukkan keimanan mereka dengan kemusyrikan, bahkan mereka
justru menjauhinya, maka mereka mendapatkan rasa aman yang sempurna dari
adzab Allah di akhirat. Mereka itulah orang-orang yang mendapatkan
petunjuk di dunia.
Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wa Salam bersabda:
“Iman
itu ada lebih dari 60 cabang: yang tertinggi ialah pernyataan laa ilaaha
illallaah, dan yang paling rendah ialah menyingkirkan gangguan dari
tengah jalan.” (HR. Muslim).
Disebutkan dalam buku Dalilul Muslim fil I`tiqad wat Tathhir karya Fadhilatusy Syaikh Abdullah al-Khayyath sebagai berikut di bawah judul: Tauhid Menyebabkan Kebahagiaan dan Menghapuskan dosa-dosa:
Sebagai
manusia biasa yang tidak luput dari kesalahan, seseorang terkadang
kakinya tergelincir dan jatuh dalam kemaksiatan. Jika ia termasuk ahli
tauhid yang murni dari segala noda syirik, maka tauhidnya dan
keikhlasannya dalam menyatakan la ilaha illallah akan menjadi
faktor terbesar untuk kebahagiaannya, menghapuskan dosa-dosanya dan
menghapuskan kesalahan-kesalahannya. Sebagaimana disebutkan dalam hadits
dari Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wa Salam:
“Barangsiapa
bersaksi bahwa tiada ilah yang berhak disembah kecuali Allah semata
yang tiada sekutu bagiNya dan bahwa Muhammad adalah hamba dan utusanNya;
serta bahwa Isa adalah hamba Allah, utusanNya, kalimatNya yang
sampaikan kepada Maryam dan ruh dariNya, surga itu hak, dan neraka itu
hak, maka Allah memasukkannya ke dalam surga atas amal yang telah
dilakukannya.“
Yakni
sejumlah persaksian ini, yang dipersaksikan oleh setiap muslim lewat
prinsip-prinsip ini, menyebabkan dirinya masuk ke dalam surga, negeri
kenikmatan, meskipun pada sebagian amalnya terdapat kesalahan dan
kelalaian. Sebagaimana disebutkan dalam hadits qudsi, Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
‘Wahai
anak Adam, sekiranya kamu datang kepadaKu dengan membawa dosa hampir
sepenuh bumi, kemudian kamu berjumpa kepadaKu dengan tanpa menyekutukan
Aku dengan sesuatu pun, niscaya aku memberikan ampunan kepadamu hampir
sepenuh bumi pula.” (Hasan, riwayat at-Tirmidzi dan adh-Dhiya’).
Artinya,
seandainya kamu datang kepadaKu dengan membawa dosa dan kemaksiatan
hampir sepenuh bumi, asal kamu mati dalam keadaan bertauhid, niscaya Aku
mengampuni dosa-dosamu.
Disebutkan dalam hadits:
“Barangsiapa
yang berjumpa Allah dengan tanpa mempersekutukanNya dengan sesuatu apa
pun, niscaya ia masuk surga. Dan barangsiapa yang berjumpa Allah dengan
mempersekutukannya pada sesuatu pun, niscaya ia masuk neraka.” (HR. Muslim).
Semua hadits
ini memperjelas keutamaan tauhid, dan bahwa tauhid adalah faktor
terbesar kebahagiaan seorang hamba, serta sarana terbesar untuk
menghapuskan dosa-dosanya dan menghapuskan kesalahan-kesalahannya.
Tauhid merupakan tugas dan tanggung jawab setiap individu muslim selama
hayat di kandung badan. Dia mengawali hidupnya dengan tauhid, dan
meninggalkan alam dunia ini juga harus dengan tauhid. Demikian pula
kewajibannya seumur hidup adalah menegakkan nilai-nilai tauhid,
mendakwahkannya. Dan hanya tauhidlah yang bisa menyatukan kaum muslimin.
Tauhid akan
membebaskan manusia dari peribadahan kepada selain Allah. Karena segala
sesuatu selain Allah tidak menciptakan ataupun menguasai kemanfaatan dan
kemudharatan. Sehingga ia tidak layak untuk diibadahi. Maka dengan
tauhid seorang manusia akan hanya tunduk beribadah kepada Rabb yang
menciptakan dirinya.
Tauhid akan
membentuk kepribadian yang unggul dan diperhitungkan. Karena dengan
tauhid maka seorang manusia hanya memiliki satu sesembahan yang menjadi
tujuan ibadah dan ketundukannya, baik ketika bersendirian ataupun
bersama keramaian. Dia akan senantiasa berdoa kepada Allah di waktu
lapang ataupun di waktu sempit. Berbeda dengan kondisi hati kaum
musyrikin yang tercerai-berai demi mengabdi kepada sesembahan-sesembahan
mereka. Hati mereka berserakan sebagaimana sesembahan mereka beraneka
ragam. Seorang mukmin akan bisa merasakan ketenangan dan keteguhan
karena hanya mengabdi kepada satu sesembahan yang benar. Adapun
orang-orang musyrik, mereka harus menyeret hatinya kesana kemari
menuruti kemauan sesembahan mereka yang beraneka ragam.
Tauhid
merupakan sumber keamanan bagi umat manusia. Karena orang yang bertauhid
hanya akan merasa takut kepada siksaan Allah, sehingga dia tidak akan
merasa takut kepada selain Allah. Dia tidak dicekam oleh rasa takut
gara-gara masalah rezeki, keselamatan jiwa, ataupun sanak familinya.
Adapun seorang muwahhid hanya menyimpan rasa takut kepada Allah.
Sehingga dialah orang yang bisa merasa aman ketika orang lain dicekam
oleh ketakutan.
Tauhid
merupakan sumber kekuatan diri. Karena dengan tauhid akan melahirkan
kekuatan pada diri manusia yang muncul karena rasa harapnya kepada
Allah, tawakal kepada-Nya, ridha dengan takdir-Nya dan sabar dalam
menghadapi musibah yang menimpanya, serta tidak bergantung kepada
makhluk-Nya. Maka seorang muwahhid memiliki hati yang kokoh laksana
gunung. Kalau musibah menimpa dirinya maka dia meminta kepada Allah
untuk menyingkapkan darinya. Sehingga tidaklah ia meminta kepada
orang-orang yang sudah mati.
Tauhid
merupakan asas persaudaraan yang hakiki dan persamaan. Karena ajaran
tauhid tidak mengizinkan bagi siapapun untuk mengangkat sebagian makhluk
untuk menjadi sesembahan tandingan selain-Nya. Maka uluhiyah adalah hak
Allah semata dan sudah menjadi kewajiban bagi seluruh manusia untuk
tunduk beribadah hanya kepada-Nya. Dan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam adalah teladan dan panutan bagi segenap umat manusia dalam
menjalankan kewajiban yang agung ini.
Wallahu a’lam bish-shawab.
Sumber : http://an-naba.com/keutamaan-tauhid/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar