Pendiri World Economic Forum Klaus Schwab misalnya. Ekonom Swiss
itu menyerukan pemimpin dunia untuk lebih berhati-hati pada realita
yang ada dan memulihkan kepercayaan publik untuk menghindari krisis
keuangan yang lebih besar.
Ia percaya bahwa risiko perekonomian belum akan pergi. "Perekonomian
masih mungkin akan menghadapi keruntuhan jika konstelasi negataif
terjadi," katanya kepada Associated Press.
Memang diakuinya pasar terlihat lebih kuat di tahun ini. Indeks saham
mulai mendekat pada level tertinggi dan mata uang Euro terlihat telah
aman dari sejumlah bahaya. Bank sentral di sejumlah negara pun juga
telah membanjiri keuangan dengan mata uang baru.
Tapi pengangguran yang tinggi di negara maju dan fakta banyaknya
pemimpin bisnis serta pemerintahan yang jatuh juga tak bisa dibiarkan
begitu saja. Aliansi Eropa dan Jepang yang terjebak dalam resesi
misalnya bisa membawa dampak negatif bagi perekonomian.
Belum lagi kondisi ekonomi Amerika Serikat yang tengah berjuang
menyelesaikan kesepakatan anggaran untuk menghidari potensi gagal utang.
Jika gagal, maka kemungkinan bisa menyebabkan malapetakan di pasar
keuangan.
Jika AS tidak mencapai kesepakatan, seperti yang diharapkan,
pemotongan belanja pemerintah yang besar akan melukai perekonomian
global.
Schwab mengatakan pertumbuhan ekonomi didasarkan pada optimisme
antara konsumen dan investor. Sehingga pemimpin ditantang meningkatkan
kepercayaan masyarakat bagaimana dunia bisa lebih optimis ke depan.
Masalah fundamental seperti pertumbuhan pengangguran tak cukup hanya
diselesaikan dengan menurunkan kuantitasnya saja. Menurutnya
kewirausahaan dibutuhkan agar para pengangguran fokus pada memperoleh
keterampilan yang bisa menujang aktivitas ekonomi dirinya seperti
teknologi baru dan ilmu pengetahuan.
"Kita perlu cara berpikir yang baru. Ini bukan pekerjaan tradisional yang akan memecahkan masalah," katanya.
Sebelumnya Bank Dunia memang kembali memangkas prospek pertumbuhan
ekonomi global. Geoekonomi tahun ini dinilai cenderung tak berubah
banyak dibandingkan tahun sebelumnya.
Para ekonom dari lembaga itu bahkan berujar pertumbuhan ekonomi
global hanya akan naik 0,1 persen menjadi 2,4 persen dari sebelumnya 2,3
persen di 2012. Padahal, Juni lalu, lembaga multinasional ini masih
optimis pertumbuhan ekonomi global mampu meningkat hingga tiga persen.
Sumber : .republika.co.id
Tidak ada komentar:
Posting Komentar